YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, mengimbau penggunaan bahan ramah lingkungan untuk wadah daging kurban. Perajin besek kebanjiran orderan, hingga menutup pemesanan.
"Kami akan sosialisasikan itu kepada seluruh takmir Masjid agar tidak menggunakan bahan yang tidak ramah lingkungan untuk kemasan daging kurban," Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Ari Budi Nugroho saat dihubungi wartawan melalui telepon, Jumat (23/6/2023).
Dalam waktu dekat akan ada surat edaran dari Bupati Bantul terkait penggunaan wadah ramah lingkungan.
Baca juga: Laris Manis Besek Bambu Idul Adha, Omzet Sampai Rp 20 Juta
Adapun wadah bisa menggunakan daun jati, menggunakan besek atau bahkan panci agar tidak menimbulkan sampah yang tidak ramah lingkungan salah satunya, kantong plastik.
"Surat edaran itu ditujukan kepada seluruh takmir Masjid penggunaan bahan yang ramah lingkungan untuk wadah daging kurban," kata Ari.
Tren penggunaan wadah ramah lingkungan berdampak postif bagi perajin besek di Karang, Padukuhan Kaliputih, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon.
"Mau Idul Adha ini banyak pesanan besek untuk tempat daging kurban, ada yang 100 tangkep, ada yang 200 tangkep," kata Salah satu perajin besek di Karang yakni Narwo Sugito (75).
Dijelaskannya, besek yang paling banyak dipesan menjelang idul adha berukuran 20 hingga 22 Cm, disusul ukuran 30 hingga 60 Cm. Adapun ukuran besek 15 cm, 20 cm, 22 cm, 30 cm, dan 60 cm.
"Soal harga, mulai dari Rp 1.500 sampai Rp 4.500 perbiji, kalau belinya per kodi," kata Mbah Gito, panggilan akrabnya.
Baca juga: Cara Kemas Daging Kurban untuk Cegah Penularan PMK, Hindari Pakai Besek
Untuk pemesannya berasal dari luar Bantul, seperti Kota Yogyakarta. Dirinya juga mengepul besek yang dibuat oleh tetangganya.
Perajin lainnya Warti (35) mengaku sampai kewalahan karena tingginya pemesanan besek. Setiap pemesan rata-rata 100 hingga 200 besek. Peningkatan sudah dirasakan sejak sebulan terakhir.
Untuk menyelesaikan satu kodi besek memerlukan waktu seminggu, karena semua dikerjakan manual.
Baca juga: 3 Ide Kemas Tahu Bakso untuk Jualan, Bisa Pakai Besek
"Ada pesanan mepet saya tolak juga, soalnya kan sulit, harus cari bambu dulu, terus nyirat (membelah bambu) sampai menjemur sampai kering (baru dianyam)," kata Warti.
Dijelaskannya paling banyak dipesan ukuran 20 Cm, dengan harga jual Rp 70.000 per kodi, atau perbiji sekitar Rp 2.000.
"Lumayan untuk omzetnya, yang jelas ada peningkatan dibanding hari biasa," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.