Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Masih Saja Ada Masyarakat yang Tertipu Aparat Gadungan?

Kompas.com - 07/03/2022, 15:57 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Penipuan berkedok aparat gadungan semakin marak terjadi dan meresahkan masyarakat.

Kasus terbaru yang sempat jadi sorotan adalah di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Timur.

Seorang pria mengaku berpangkat komisaris jenderal (komjen) dan melakukan penipuan di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur.

Baca juga: Kapolri soal Kekerasan Aparat di Desa Wadas: Bukan Bermaksud Menyakiti Hati Masyarakat

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Budi Sartono membenarkan adanya penangkapan itu.

"Iya kemarin. Ada info dari masyarakat di salah bank di wilayah Duren Sawit, ada seseorang berpakaian dinas bintang tiga," ujar Budi, Sabtu (5/3/2022).

Sementara itu, tahun lalu, Polda Jawa Timur menangkap Dicky Agung Priyana (38), warga asal Kediri, Jatim.

Baca juga: Cerita Ade Jadi Koban Penipuan TNI Gadungan, Order Fiktif Makanan, Pesan Sup hingga Pulsa Rp 100.000

Agung mengaku sebagai anggota TNI berpangkat Mayjen dan telah menipu 22 orang.

Dari laporan itu, sebagian besar korban adalah perempuan dan merasa ditipu pelaku dengan modus sebagai aparat militer.

"Berdasarkan pengakuan pelaku, dia nekat menggunakan seragam PDL Marinir berpangkat Mayjen TNI AL untuk melancarkan aksinya, seperti menggaet perempuan dan serangkaian penipuan," ucap Perwira Penerangan Pasmar 2 Mayor Marinir Umar Tribani, Selasa (23/11/2021).

Tak hanya di Jaktim, kasus penipuan aparat gadungan juga terjadi di Medan, Sumatera Utara.

Dikutip dari Tribun Medan, seorang pria berinisial EZ yang mengaku sebagai anggota TNI, menipu puluhan orang.

Modusnya, EZ mengaku bisa mempekerjakan mereka sebagai sekuriti di sejumlah tempat.

Kelakukan EZ akhirnya membuat puluhan warga rugi jutaan rupiah. 

Mengapa memakai atribut aparat?

IlustrasiKOMPAS/DIDIE SW Ilustrasi
Sementara itu, menurut psikolog dari Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi., status sosial aparat keamanan di masyarakat masih memiliki posisi yang relatif dihormati.

Hal itu, kata Heri, dimanfaatkan pelaku untuk mengelabui korban dan mengambil keuntungan pribadi. 

Baca juga: Jaksa Gadungan Ditangkap Polresta Mataram, Menipu Korban dengan Mengaku sebagai Kasi Intel Kejaksaan

"Dalam hal ini, pelaku biasanya adalah orang-orang yang mampu untuk memberikan sugesti atau meyakinkan para korbannya agar bisa mempercayai kata-katanya. Beberapa cara yang biasa digunakan menyangkut hal-hal yang tampak secara fisik meyakinkan agar korban menjadi semakin percaya. Misalnya pakaian, atribut pangkat, dan semacamnya," kata Heri kepada Kompas.com, Senin (7/3/2022).

Selain itu, dengan memakai atribun aparat, aparat gadungan akan lebih mudah mengelabui korban-korbannya, khususnya mereka yang memiliki keinginan instan untuk dipandang berhasil secara sosial.

"Dalam kasus penipuan yang dilakukan oleh para aparat gadungan ini, para korban yang banyak diantaranya adalah kaum wanita, dijanjikan untuk mendapatkan taraf kehidupan dan status yang secara sosial tampak mentereng dengan menjadi istri seorang yang memiliki pangkat tinggi," katanya.

Baca juga: Berpura-pura Keracunan Makanan, Wartawan Gadungan Peras Pemilik Toko

Kebiasaan berpikir kritis

Menurut Heri, agar kasus itu tak terus berulang dan banyak masyarakat menjadi korban, kebiasaan berpikir kritis dalam menerima hal atau informasi baru menjadi salah satu langkah.

Kebiasaan memilah dan memilih informasi akan membantu masyarakat untuk tidak terhasut dengan informasi yang salah dan akan merugikan dirinya sendiri.

"Dengan berpikir secara kritis dan rasional, sebenarnya seseorang akan bisa memilah mana informasi yang masuk akal dan mana informasi yang sebenarnya layak untuk dicurigai untuk kemudian diverifikasi secara lebih lanjut kebenarannya," katanya.

Selain itu, peran masyarakat dalam membentuk sikap menghargai perbedaan dan keunikan individu akan meringankan tekanan sosial.

Tekanan sosial masyarakat sangat mempengaruhi irasionalitas yang dimiliki individu.

"Sering kali masyarakat memberikan berbagai tuntutan yang membuat individu kehilangan nalar rasionalnya ketika mengolah suatu informasi tertentu. Dalam beberapa hal, keseragaman dan gerak bersama dalam suatu komunitas merupakan hal yang diperlukan," katanya.

Baca juga: Jadi Tersangka Usai Lapor Kasus Korupsi, Nurhayati: Saya Kecewa Terhadap Aparat Hukum

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nonton Ruwatan Gelaran Wayang Kulit Bareng Gibran, Apa Kata Yusril?

Nonton Ruwatan Gelaran Wayang Kulit Bareng Gibran, Apa Kata Yusril?

Yogyakarta
Penyair Joko Pinurbo Meninggal, Butet: Kehilangan Sedulur Sinorowedi

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, Butet: Kehilangan Sedulur Sinorowedi

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Yogyakarta
Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Ribuan Buruh Jateng Bakal Gelar Demo Saat May Day, Ini Lokasi dan Tuntutannya

Yogyakarta
Diburu Usai Curi Panci dan Tabung Gas, Residivis Ini Malah Ditemukan di Tahanan

Diburu Usai Curi Panci dan Tabung Gas, Residivis Ini Malah Ditemukan di Tahanan

Yogyakarta
Ada Kades yang Ikut Penjaringan Bacawabup di Partai Golkar, Apdesi Bantul Minta Anggotanya Netral

Ada Kades yang Ikut Penjaringan Bacawabup di Partai Golkar, Apdesi Bantul Minta Anggotanya Netral

Yogyakarta
Komplotan Pencuri di Yogyakarta Ditangkap, Sehari Ganjal 10 Mesin ATM, Uang Rp 150 Juta Disikat

Komplotan Pencuri di Yogyakarta Ditangkap, Sehari Ganjal 10 Mesin ATM, Uang Rp 150 Juta Disikat

Yogyakarta
Jelang Desentralisasi Sampah, Pj Wali Kota: Pembangunan TPST 3R Karangmiri Mundur

Jelang Desentralisasi Sampah, Pj Wali Kota: Pembangunan TPST 3R Karangmiri Mundur

Yogyakarta
Tak Mau 'Snack Lelayu' Terulang Saat Pilkada, Ketua KPU DIY Minta Lebih Teliti

Tak Mau "Snack Lelayu" Terulang Saat Pilkada, Ketua KPU DIY Minta Lebih Teliti

Yogyakarta
Terdapat 3 Sengketa Pemilu, Penetapan Anggota Legislatif di DIY Terancam Mundur

Terdapat 3 Sengketa Pemilu, Penetapan Anggota Legislatif di DIY Terancam Mundur

Yogyakarta
Muncul dalam Penjaringan PDI Perjuangan, Soimah Tidak Bersedia Maju Pilkada

Muncul dalam Penjaringan PDI Perjuangan, Soimah Tidak Bersedia Maju Pilkada

Yogyakarta
Lansia di Kulon Progo Dibacok Residivis yang Cemburu Buta

Lansia di Kulon Progo Dibacok Residivis yang Cemburu Buta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com