KULON PROGO, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Budi Utami mengungkapkan adanya peningkatan gangguan kesehatan jiwa di kalangan pelajar.
Fenomena tersebut diperoleh dari hasil skrining kesehatan maupun skrining kesehatan jiwa yang dilakukannya di kalangan pelajar setiap tahunnya.
Hal itu diungkapkannya dalam launching Rekomendasi Implementasi Kebijakan Layanan Kesehatan Jiwa yang Berorientasi Pemulihan di Gedung Sekolah Vokasi UGM, Kulon Progo, Selasa (23/1/2024).
"Ternyata, gangguan jiwa (peningkatannya) lumayan. Artinya, mulai berpotensi," kata Sri Budi.
Baca juga: Kasus Bunuh Diri dan Percobaan Bunuh Diri di Kulon Progo Terus Naik, Apa yang Terjadi?
Baca juga: Pelajar SMP di Semarang Tewas Gantung Diri di Teras Belakang Rumah, Gunakan Tali Pramuka
Gangguan jiwa pada anak sekolah imbuhnya, cenderung berupa gangguan jiwa ringan, di antaranya cemas berlebihan.
Kasus bullying menjadi salah satu penyebabnya. Di mana, pelajar benar-benar hancur.
"Jadi dalam masa belum terlalu lama, (gangguan jiwa) masih bisa disembuhkan. Sementara lingkungan kerja dan keluarga harus benar-benar mendukung," paparnya.
Baca juga: Diduga Depresi Usai Diusir Anak Kandung, Seorang Kakek Gantung Diri di Pohon Karet
Selain skrining, pihaknya juga mendorong promosi kesehatan dengan konsen pada kesehatan edukatif, termasuk konsen bahwa gangguan jiwa itu bisa diobati.
"Sekaligus meluruskan, bahwa gangguan jiwa itu bisa ditangani," katanya lagi.
Diberitakan sebelumnya, fenomena bunuh diri dan percobaan bunuh diri di Kulon Progo mengkhawatirkan.
Pasalnya, kasusnya bertambah setiap tahun dari 200 hingga 2023.
"Ini angka yang sangat memprihatinkan," kata Sri Budi.
Baca juga: Tinggal Seorang Diri, Lansia di Magelang Ditemukan Meninggal di Rumahnya
Dari catatannya, kasus bunuh diri di Kulon Progo meningkat sejak tiga tahun belakangan.
Yakni tujuh kasus pada 2020, lima kasus pada 2021, dan meningkat tajam pada 1011 dengan 11 kasus. Sementara pada 2023 tercatat ada 10 kasus.
Untuk percobaan bunuh diri pada 2020 terjadi sebanyak empat kasus, dua kasus di 2021, tiga kasus di 2022 dan lima kasus di 2023.
Yang perlu digaris bawahi, kasus-kasus itu dialami oleh orang usia produktif. Bahkan, ada satu usia pelajar 16 tahun mencoba menabrakkan diri ke kereta.
Perlu diketahui, bunuh diri dan percobaan bunuh diri dilatari banyak hal.
Baca juga: Tabrak Pohon Tumbang di Godean Sleman, Warga Kulon Progo Meninggal di Tempat
Masalah kesehatan mental hingga gangguan jiwa salah satu yang bisa meningkatkan keinginan seseorang untuk mengakhiri hidupnya.
Namun, keputusasaan dengan beragam alasan juga bisa menjadi pemicu, seperti sakit kronis yang tidak kunjung sembuh, persoalan ekonomi, lingkungan mapun persoalan rumah tangga seperti ditinggal suami atau istri.
Memberi lingkungan yang nyaman bagi penderita menurutnya bisa mencegah terjadinya bunuh diri.
Lingkungan keluarga memiliki peran yang besar.
"Penerimaan orang dalam keluarga menumbuhkan spriritual yang baik bagi penderita. Keluarga harus mendampingi pengobatan dan konsultasi karena penderita tidak bisa menolong diri sendiri," pungkasnya.
Baca juga: Main Jembatan Gantung, Remaja di Kalsel Ditemukan Tewas Tenggelam
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling.
Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling.
Baca juga: Seorang Petani di Pulau Sebatik Tewas Gantung Diri Usai Didiagnosis Sakit Jantung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.