Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Permen Davos, Kembang Gula Legendaris Asal Purbalingga

Kompas.com - 30/07/2023, 19:42 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Salah satu jajanan yang bisa membawa generasi tahun 90-an bernostalgia dengan mengingat memori masa kecil adalah Permen Davos.

Permen Davos adalah kembang gula dengan sensasi rasa mint yang kuat, sehingga terasa semriwing ketika dihisap.

Baca juga: Mengapa Purbalingga Dijuluki Kota Knalpot?

Kemasannya beragam, mulai dari kemasan berwarna biru dengan bentuk permen yang besar (Davos Roll) hingga kemasan kotak hijau dengan isi bulatan permen yang lebih kecil (Davos Lux).

Kini Permen Davos juga telah dikemas dengan lebih modern, dengan varian Davos Mini, Davos Classic, dan Davos Mild.

Baca juga: Mengenal Wayang Suket dari Purbalingga: Penemu, Bahan, dan Nilai

Asal-Usul Nama dan Sejarah Permen Davos

Tak banyak yang tahu jika Permen Davos merupakan produk lokal asal Purbalingga, Jawa Tengah.

Pabrik permen mint pertama di Indonesia ini berdiri pada tanggal 28 Desember 1931, dengan pendiri pabrik Permen Davos adalah Siem Kie Djian.

Baca juga: Sanggaluri Park Purbalingga: Daya Tarik, Wahana, Harga Tiket, dan Rute

Iing Tedjo, Istri dari Budi Handojo Hardi yang menjadi pemilik sekaligus pemimpin pabrik Davos saat ini mengungkapkan bahwa awalnya Siem Kie Djian adalah pedagang gula pasir di wilayah Purbalingga.

Kemudian, usaha gula pasirnya berkembang dan mulai memproduksi permen di salah satu ruangan kecil.

Permen tersebut mulanya didistribusikan dengan gerobak sapi ke Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap.

”Sambil keliling menjual permen, pulangnya bawa gula pasir,” ucap Iing, sepertu dikutip dari TribunJogja.com.

Kini, ruangan kecil tersebut berubah menjadi bangunan pabrik yang berdiri di atas tanah seluas 6.000 meter persegi, dengan distribusi barang dilakukan dengan delapan mobil boks.

Yang tidak berubah adalah permen buatan mereka. Iing menjamin, Davos menggunakan 98 persen gula pasir asli dan sisanya mentol serta zat pengikat.

Davos tidak pernah memakai zat pengawet dan pemanis buatan sehingga permen bisa bertahan 1,5 tahun hingga 2 tahun.

Dilansir dari laman purbalinggakab.go.id dan davos.co.id, Siem Kie Djian mendirikan perusahaan perseorangan dengan nama “Slamet Langgeng”.

Awalnya, permen ini memiliki nama “Kembang Gula Davos” dan menjadi produk pertama PT. Slamet Langgeng.

Pemberian nama tersebut bukanlah tanpa alasan, namun memiliki makna dan harapan dari sang pemilik.

Arti nama perusahaan Slamet Langgeng diilhami dari kata ‘Slamet’ karena Purbalingga berada di kaki Gunung Slamet. Sementara kata Langgeng yang merupakan harapan agar perusahaan ini akan tetap hidup.

Sedangkan merek permen Davos diambil dari nama sebuah kota di Swiss yang berhawa sejuk.

Nama ini dianggap cocok dengan rasa permen yang merupakan produk perusahaan ini, yaitu permen mint atau menthol.

Awalnya seluruh kegiatan tata usaha perusahaan dipegang dan diawasi oleh pengusaha sendiri, sehingga kapasitas produksi pada tahun 1931 belum dapat dicatat secara definitif.

Hingga pada tahun 1933 – 1937, kepopuleran Permen Davos membawa perusahaan ini berada di puncak keemasannya.

Perkembangan dan kemajuan yang dialami perusahaan bahkan sempat mendorong dibukanya produksi limun pada 1933 dan biskuit pada 1937.

Namun, pada masa penjajahan Jepang di tahun 1942, penjualan Kembang Gula Davos sempat terpuruk. Baru berselang tiga tahun kemudian, perusahaan ini berhasil bangkit dan berjalan normal kembali.

Lokasi pabrik permen yang kini beroperasi di bawah PT. Slamet Langgeng ini belum berpindah sejak pertama kali berdiri yaitu Jalan Pasar 35, yang sekarang dikenal sebagai Jl. Ahmad Yani 67, Kandang Gampang, Purbalingga, Jawa Tengah.

Bahkan bangunan pabriknya juga belum pernah mengalami proses rombak sama sekali sejak awal berdiri.

Peralatan produksi yang digunakan juga jauh dari kata canggih karena Sang pemilik memang sengaja tidak menggunakan mesin modern meski bisa meningkatkan efisiensi produksi dan juga waktu.

Menurutnya,hal ini justru menjadi berkat bagi perusahaan sehingga bisa bertahan sampai sekarang.

Meski begitu, perusahaan Produk Permen Davos berkomitmen untuk menjaga kualitas rasa dari permen legendaris ini.

Walaupun kadar mint dalam Permen Davos bisa saja dikurangi, namun hal tersebut tidak dilakukan demi menjaga kualitas produk.

Sejak pertama kali berdiri hingga saat ini, Permen Davos masih tetap mempertahankan rasa, bentuk, serta kualitas produksinya.

Permen Davos, permen legendaris asal Purbalingga, Jawa Tengah.
purbalinggakab.go.id Permen Davos, permen legendaris asal Purbalingga, Jawa Tengah.

Perubahan Bentuk Perusahaan

Kemajuan dan perkembangan perusahaan yang semakin pesat membuat perubahan perusahaan yang semula berbentuk perusahaan perseorangan berubah menjadi Perusahaan Komanditer (CV) pada 6 Mei 1959 .

SeteLah berjalan 2 tahun, perusahaan ini kembali diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT), tepatnya tanggaL 31 Maret 1971 dengan akta notaris No.24 yang disahkan PT. Purbosari & CO.

Tetapi karena adanya penolakan dari Menteri Kehakiman R.I di Jakarta maka diadakan perubahan nama menjadi PT. Slamet Langgeng yang tertuang dalam akta notaris No.44 tanggaL 29 September 1961.

Saat itu, bidang aktivitas perusahaan meliputi usaha produksi dalam bentuk permen dengan merek Davos Roll, Davos Lux, Davos Classic, Davos Mild, dan Davos Fruit.

Dipimpin Empat Generasi

Dari 1931 hingga 2022, pengelola PT. Slamet Langgeng sudah sampai ke generasi keempat dan dijalankan oleh keluarga secara turun temurun.

Setelah Siem Kie Djian, PT. Slamet Langgeng dipimpin oleh Siem Tjong An sejak tahun 1961 sampai dengan tahun 1968.

Kemudian pada tahun 1968, jabatan pimpinan perusahaan diserahkan kepada Toni Sisiwanto Hardi, dengan alasan Siem Tjong An hendak melanjutkan studi ke Belanda.

Toni Siswanto Hardi memimpin PT. Slamet Langgeng sampai dengan akhir bulan Juni 1983 karena beliau meninggal dunia.

Sejak itu perusahaan ini dipimpin oleh Corie Sumadibrata sampai dengan Mei 1985.

Selanjutnya karena faktor usia, maka jabatan pimpinan berpindah dari Corie Sumadibrata kepada Budi Handoyo Hardi sejak tanggal 1 Juni 1985 sampai saat ini.

Tak hanya pimpinan, rekrutmen karyawan yang bekerja di perusahaan ini juga dilakukan secara turun temurun.

Pabrik Permen Davos mempekerjakan karyawan dari generasi-generasi sebelumnya sehingga membuat rasa kekeluargaan sangat kental antar sesama karyawan.

Sumber:
purbalinggakab.go.id  
davos.co.id  
jogja.tribunnews.com  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sekolah Negeri dan Swasta Wajib Lapor Disdikpora Kota Yogyakarta untuk 'Study Tour'

Sekolah Negeri dan Swasta Wajib Lapor Disdikpora Kota Yogyakarta untuk "Study Tour"

Yogyakarta
Kronologi Bocah 3 Tahun di Kotagede Alami Luka Bakar 64 Persen saat Beli Gorengan

Kronologi Bocah 3 Tahun di Kotagede Alami Luka Bakar 64 Persen saat Beli Gorengan

Yogyakarta
Kenaikan UKT UNY Dikeluhkan BEM,  Kampus: Ditetapkan Sesuai Peraturan

Kenaikan UKT UNY Dikeluhkan BEM, Kampus: Ditetapkan Sesuai Peraturan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 21 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Pakai Jasa SPG, Penjual Hewan Kurban di Bantul Berhasil Jual Ratusan Ekor Kambing

Pakai Jasa SPG, Penjual Hewan Kurban di Bantul Berhasil Jual Ratusan Ekor Kambing

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, Diduga karena Bakteri E Coli

Diare Massal di Gunungkidul, Diduga karena Bakteri E Coli

Yogyakarta
Maju Pilkada, Mantan Bupati Kulon Progo Ambil Formulir Penjaringan Bacabup di PDI-P

Maju Pilkada, Mantan Bupati Kulon Progo Ambil Formulir Penjaringan Bacabup di PDI-P

Yogyakarta
PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

Yogyakarta
Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Yogyakarta
Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Yogyakarta
Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Yogyakarta
PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

Yogyakarta
PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

Yogyakarta
Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com