YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Lahir sebagai tunanetra tidak membuat Supriyati (22) menyerah untuk meraih mimpi. Warga Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta itu, membiayai kuliahnya sendiri dengan uang pembinaan atlet catur.
Gadis kelahiran 9 Oktober 2021 itu menceritakan awalnya tidak begitu tertarik dengan catur. Namun saat menemani seorang kakaknya, dirinya malah tertarik untuk belajar catur.
Mulai dari menghapal buah atau bidak catur hingga cara bermainnya. Memang papan catur bagi tunanetra didesain khusus. Misalnya papan caturnya antara warna hitam dan putih memiliki perbedaan ketinggian.
Baca juga: Kisah Kakek Tunanetra di Flores, Hidup Sendiri di Gubuk Reyot dan Minum Air Hujan
Bagian bawah bidak catur juga dibuat gagang seperti paku, yang berfungsi untuk menancapkan pada papan saat bermain.
"Saya belajar sampai akhirnya benar-benar bisa," kata Supriyati saat ditemui wartawan di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 2 Gunungkidul, Playen, Rabu (14/6/2023)
Supriyati menceritakan, setelah belajar beberapa bulan, dirinya lantas mengikuti perlombaan. Akhirnya dia menjadi wakil DIY di tingkat nasional untuk kompetisi catur.
Uang hasil perlombaan, sebagian dia simpan. Sementara sebagian lainnya untuk orangtua Supriyati yang bekerja sebagai buruh tani. Uang hasil tabungan digunakan untuk biaya pendidikan di Jurusan Komunikasi Universitas Terbuka.
"Kuliah saya bayar sendiri semua. Termasuk membeli perlengkapan seperti laptop," kata dia.
Selain sibuk kuliah, dirinya juga menjadi penyiar di radio streaming dan mengerjakan sebuah novel. Anak terakhir dari empat bersaudara ini berharap novelnya segera selesai dan terbit.
"Kakak kedua dan ketiga juga tunanetra seperti saya," kata dia.
Supriyati mengaku mengenal Putri Ariani yang akan berjuang di America's Got Talent (AGT). Saat berhasil lolos dan mendapatkan golden buzzer, Putri juga mengabari.
"Putri sambil menangis bilang ke saya kalau dia berhasil lolos," kata dia.
Wanita yang memiliki salah satu cita-cita menjadi atlet level internasional ini berharap teman-temannya bersemangat meraih impian.
Wakil Kepala SLBN 2 Gunungkidul Bidang Kesiswaan Oriza mengatakan, Supriyati merupakan sosok yang percaya diri, menyukai tantangan, dan haus akan ilmu. Semangat ini bisa menjadi contoh bagi anak-anak lain yang tidak hanya disabilitas.
"Bisa jadi motivasi bagi teman-teman sesama tuna netra bahwa cita-cita tetap bisa diraih," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.