KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X angkat bicara soal Sultan Ground (SG) yang ramai dikabarkan dijual karena terdampak proyek tol Yogyakarta-Bawen.
Menurut Sri Sultan, tanah yang dimiliki Kasultanan Yogyakarta itu tidak dijual, namun hanya disewakan ke pengelola tol.
Dengan transaksi sewa menyewa itu, kata Sultan, tidak ada tanah SG yang dilepas oleh Keraton Yogyakarta.
Baca juga: Atasi Kemiskinan di DI Yogyakarta, Sultan Wacanakan Beri Bansos Seumur Hidup
"Iya (sewa), pokoknya tidak ada transaksi jual beli," katanya, Rabu (25/1/2023).
Sementara itu, proses sewa-menyewa SG itu langsung difasilitasi oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM).
Baca juga: Tanah Sultan Ground Tak Dilepas untuk Tol Jogja-Bawen, Sultan: Disewa, Tidak Ada Transaksi Jual Beli
Kemenkumham itu, kata Sri Sultan, juga menggagas soal payung hukum atas proses sewa-menyewa itu dan jangka waktu sewanya.
"Tapi, yang memfasilitasi bukan departemen (kementerian) PU tapi hukum dan ham (Kemenkum HAM) yang akan membangun kesepakatan hukumnya," katanya.
"Ya itu tadi prinsip tidak berubah, disewa, terserah nyewanya, dengan jangka waktu 20 tahun diperpanjang atau 40 tahun," tambahnya.
Baca juga: Kita Ingin Kasus Kecelakaan Diusut Tuntas Siapa Pun Pelakunya, Mau Polisi atau Bukan
Dalam kesempatan itu, Sri Sultan juga menanggapi soal keluhan warga yang terdampak akibat proyek pembangunan tol.
Menurut Sri Sultan, pihak pengembang atau developer yang seharusnya bertanggung jawab.
"Ya takon (tanya) pemenang tender yang ngerjakan, ya ora ngerti (tidak tahu) bukan wewenang saya, mestinya hal itu diperhatikan," kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah warga di Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, DIY, mengaku terdampak dari proyek tol itu.
Salah satunya dinding rumah mereka yang dekat pengerjaan konstruksi jalan Tol Yogya-Bawen, retak.
Lalu ada beberapa sumur warga menjadi keruh saat hujan turun.
"Kemarin ada dua warga yang laporan ke saya. Tapi, saat ada pengerjaan terus ditegur, mas jangan dilanjut dulu, itu juga berhenti. Mungkin kalau dilanjut bisa retak lagi," ujar Dukuh Pundong III Pekik Basuki.
(Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo | Editor : Robertus Belarminus)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.