YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, DI Yogyakarta, mencatat ada lebih dari 120.000 jiwa terdampak kekeringan sampai saat ini. Puncak kemarau diprediksi pada Agustus ini.
Kepala BPBD Gunungkidul Purwono mengatakan, dampak musim kemarau sudah dirasakan warga di 6 Kapanewon di Gunungkidul.
Adapun dampak kekeringan, yakni warga sudah mulai kekurangan air bersih, karena bak penampungan air hujan (PAH) sudah habis.
Baca juga: Kekurangan Air Bersih Mulai Dirasakan Warga di Sukoharjo, Tiap Kemarau Panjang Airnya Kering
"Warga yang terdampak kekeringan ada 37.801 kepala keluarga, dengan jumlah jiwa 127.404 jiwa, yang tersebar di 15 Kalurahan, di 6 Kapanewon," kata Purwono saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/8/2022).
Purwono menjelaskan, pihaknya sudah menyalurkan 113 tangki, yang disalurkan melalui tangki milik BPBD. Pada 2022 ini disiapkan bantuan sebanyak 1.400 tangki air untuk disalurkan ke masyarakat di musim kemarau kali ini.
"Penyaluran dilakukan seusai permintaan resmi dari kalurahan," kata Purwono.
Secara rinci mengacu pada data 2021, ada 41 kalurahan dan 338 pedukuhan yang berpotensi terdampak. Zona tengah aman dari kekeringan, seperti Playen, Wonosari, Karangmojo, dan Nglipar.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Gunungkidul, Sumadi mengatakan, sesuai informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, puncak musim kemarau pada bulan Juli atau Agustus 2022 ini.
"Masyarakat diingatkan untuk berhemat air bersih," kata dia.
Baca juga: Ratusan Warga di Jember Kekurangan Air karena Kekeringan, Ini Dugaan Penyebabnya
Untuk penyaluran bantuan, rencananya tidak dilaksanakan sendiri oleh BPBD, karena juga melibatkan tim dari kapanewon dan pihak ketiga.
Panewu Tepus Alsito mengatakan, melalui pihak ketiga sudah menyalurkan bantuan di Kalurahan Sidoharjo, Tepus, dan Purwodadi.
Untuk Giripanggung dan Sumberwungu disalurkan oleh BPBD. "Sudah disalurkan bantuan, karena PAH sudah habis," kata Alsito.
Sebelumnya, warga harus membeli air bersih dari pihak swasta sebesar Rp 150.000-170.000 sejak Mei 2022.
Baca juga: Risiko Kekurangan Air Ada di Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022
"Sudah sejak Mei saya beli air, dari tangki (swasta)," kata Sumarwi warga Padukuhan Sumber, Kalurahan Planjan, Kapanewon Saptosari kepada wartawan, Rabu (24/8/2022).
DIkatakannya air bersih itu bisa bertahan 2 sampai 3 minggu, tergantung masing-masing rumah.
"Kalau yang memiliki ternak paling hanya 2 minggu, tetapi kalau hanya mandi, cuci dan makan ya bisa 3 minggu," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.