YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat kegiatan budaya selama kurang lebih 2 tahun tidak berjalan meriah. Pada 2022, sejak ada pelonggaran oleh pemerintah, kegiatan budaya di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta kembali meriah.
Salah satunya, upacara adat cing cing goling di Padukuhan Gedangan, Kalurahan Gedangrejo, Kapanewon Karangmojo.
"Dua tahun hanya kecil-kecil sedikit yang ikut, saat ini yang paling besar selama pandemi," kata salah seorang pemangku adat Kalurahan Gedangrejo, Sugiyanto ditemui di lokasi Kamis (28/7/2022).
Baca juga: Mengenal 7 Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya, Ada Tradisi Bakar Batu di Papua
Dari pengamatan di lokasi ratusan warga mengikuti tradisi mulai dari kirab hingga kenduri.
Tradisi ini merupakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah, dan juga keberhasilan membangun bendungan.
Warga setempat juga melakukan treatikal warga setempat yang menceritakan perjuangan pelarian Kerajaan Majapahit.
Sebelum sampai di lokasi pelarian, mereka dicegat sekelompok perampok. Pada adegan ini, belasan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian milik warga setempat, di lahan di sekitar bendungan Kedhung Dhawung, untuk mengusir gerombolan penjahat.
Salah satu adegan, istri Wisangsanjaya mengangkat kembennya, atau dalam Bahasa Jawa disebut cing cing, saat berlari.
Dalam adegan itu, mereka menarik sambil bernyanyi Cing ...Goling , Cing .... Goling , Cing ... Goling ..., sambil mengelilingi tokoh peran Wisangsanjaya dan istri beserta seorang pengawal membawa cemeti.
Baca juga: Upacara Adat Peusijuek: Sejarah, Tujuan, dan Tata Cara
Dikatakannya, setelah berhasil terbebas dari perampok, Wisangsanjaya membangun bendungan untuk mengaliri lahan pertanian.
"Pelarian Majapahit Wisangsanjaya dan Yudopati yang singgah ke wilayah ini. Mereka membuat bendungan, airnya digunakan warga untuk irigasi pertanian," kata Sugiyanto.
"Karena Eyang Wisangsanjaya merupakan pahlawan petani di Desa gedangan ini karena membuat bendungan. Hingga akhirnya bisa mengalirkan air dan membuat lahan pertanian di sini," kata dia.
Sugiyanto mengatakan, upacara ini sebagai wujud syukur atas melimpahnya hasil pertanian warga sekitar yang tidak lepas dari adanya bendungan yang dibangun ratusan tahun silam.
Para petani bisa menanam meski saat ini sedang musim kemarau. "Bendungan sudah dimodernisasi sekitar tahun 1974, saat ini bisa mengaliri sekitar 50 hektar lahan pertanian," katanya.
Baca juga: Sentil Proyek Revitalisasi Situ Ciburuy, Masyarakat Gelar Upacara Adat Ngalokat Cai
Sugiyanto mengatakan, sebagai bagian dari tradisi Cing Cing Goling, mereka menyembelih sekitar 500 ekor ayam untuk dibuat ingkung.
Terpisah, Kepala Kundho Kabudayan atau Dinas Kebudayaan Gunungkidul Agus Mantara mengatakan, upacara Cing Cing Goling sudah masuk dalam warisan budaya tak benda pada 2020 lalu. "Iya sudah masuk menjadi warisan budaya tak benda," kata dia.
Dikatakannya, tahun ini upacara budaya kembali diadakan setelah sekitar 2 tahun absen karena pembatasan.
"Tahun ini sudah mulai diperbolehkan, kita bisa lihat rasulan di mana-mana ramai ada hiburan tradisional. Namun kita tetap mengimbau agar menerapkan protokol kesehatan," kata Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.