Motif yang sering digunakan dalam pembuatan blangkon adalah motif modang, blumbangan, kumitir, celengkewengen, jumputan, sido asih, sido wirasat, maupun taruntum.
Makna simbolis bentuk Blangkon Gaya Yogyakarta antara lain:
2. Blangkon Gaya Surakarta/Solo
Blangkon Solo dikenal mulai Pakubuwono III, setelah terjadinya Perjanjian Giyanti. Sebelumnya, blangkon Solo memiliki bentuk seperti blangkon Yogyakarta, salah satunya memiliki ciri mondolan.
Setelah Perjanjian Giyanti terjadi revolusi budaya yang menyebabkan Pakubuwono III membuat beragam blangkon.
Baca juga: Beramal Senyum, Pesan Didi Kempot yang Selalu Diingat Untung Blangkon
Jika, Yogyakarta hanya memiliki 1 model blangkon, Solo memiliki 6 model blangkon.
Batik yang digunakan untuk blangkon Solo ada beberapa jenis, yaitu motif Solo muda atau motif keprabon, motif kesatrian, motif perbawan, motif dines, maupun motif tempen.
Seperti blangkon Yogyakarta, blangkon Solo terdiri dari beberapa bagian, yaitu congkeng (bagian dalam). Bagian depan disebut wiron yang jumlah wironnya dibuat ganjil. Kemudian, bagian lainnya terdiri dari waton, tutupan, lampingan, jebeh, kantong mondol, dan cunduk jungkat.
Jika berbicara blangkon aka merujuk pada blangkon gaya Yogyakarta dan gaya Surakarta. Adapun perbedaannya terletak pada mondolan.
Blangkon gaya Yogyakarta menggunakan mondolan, sedangkan blangkon gaya Surakarta tidak menggunakan mondolan. Mondolan merupakan bentuk rambut yang diikat.
Sumber: https://digilib.uns.ac.id/d, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyo, dan https://bobo.grid.id/read/087
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.