YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Organda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melarang anggotanya memasang klakson telolet pada armada angkutan mudik Lebaran 2024.
Apabila nekat melanggar, pihaknya tak segan-segan untuk melakukan pencopotan.
Ketua Organda DIY Adi Prasetyo mengatakan, armada bus yang digunakan untuk angkutan Lebaran sudah dilakukan ramp check, dan setiap enam bulan sekali dilakukan pengujian terhadap kelengkapan kendaraan apakah sudah sesuai aturan atau tidak.
"Kalau ada klakson tambahan ada tindakan untuk melepas dari petugas," ujarnya saat dihubungi, Rabu (28/3/2024).
Baca juga: Antisipasi Kecelakaan Lalu Lintas, Angkutan Lebaran di Brebes Diperiksa
Lanjut dia, Organda DIY melarang anggotanya memasang klakson telolet yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dia juga meminta agar anggotanya tak ikut-ikut memasang klakson telolet.
"Kalau kami jelas dari Organda melarang dan tidak mewajibkan ikut fenomena kekinian karena klakson yang bawaan juga sudah cukup fungsinya," kata dia.
Baca juga: Viral, Video Bocah Tertabrak Bus Saat Minta Sopir Bus Bunyikan Klakson Telolet di Pelabuhan Merak
Baca juga: Uji Coba Gratis, Ini Rute Bus Listrik di Medan dan Jam Keberangkatannya
Adi menjelaskan, kelengkapan armada sudah ada aturannya seperti lampu utama tak boleh lebih dari 12.00 candela, termasuk klakson yang di dalam aturan paling rendah 83 desibel dam paling tinggi 118 desibel.
"Tetap pakai klakson biasa saja yang standar bawaan pabruk sudah cukup. Gak perlu lagi ada aksesori dan suara lain yang buat bising, dan tidak nyaman kendaraan lain," bebernya.
Dia menjelaskan pemasaan klakson telolet juga dapat berpengaruh pada rem bus, karena klakson telolet membutuhkan bantuan angin yang menimbulkan tekanan. Sedangkan rem juga membutuhkan tekanan dari angin.
"Dari awal kami dalam internal PO tidak setuju fenomena itu dan tidak dianjurkan juga," jelasnya.
Di sisi lain, Organda DIY menyiapkan 122 armada bus untuk angkutan mudik Lebaran.
"Itu khusus untuk kendaraan AKAP, ada juga angkutan cadangan karena target yang harus diangkut 137 juta pemudik," pungkasnya.
Baca juga: Fenomena Bocah Pengejar Telolet dan Penanganannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.