YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 13 kasus Japanese Encephalitis (JE) ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Terkait hal tersebut, Pemerintah Kota Yogyakarta menyiapkan vaksin JE pada September 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, JE disebarkan melalui gigitan nyamuk dan menjadi salah satu penyakit yang serius di Asia termasuk Indonesia.
"Ini menyebabkan kematian dan kecacatan dan JE belum ada obatnya. Bisa dicegah dengan imunisasi JE," kata Emma, Selasa (27/4/2024).
Baca juga: Dinkes Pastikan Nihil Kasus Japanese Encephalitis di Kulon Progo
Emma mengungkapkan di DIY sudah ditemukan 13 kasus JE. Namun dia tidak merinci di mana saja kasus JE ditemukan.
"13 kasus (di DIY) tidak ada di Kota Jogja, luar Jogja semua tetapi di DIY. Kita memang endemi sehingga kita dapat imunisasi JE untuk anak-anak umur 9 bulan sampai di bawah 15 tahun" ucap dia.
Imunisasi ini akan dilaksanakan pada September 2024 mendatang. Lalu pada bayi berumur 10 bulan baru diberikan imunisasi JE pada bulan November.
Emma menjelaskan pemberian imunisasi JE dilakukan pada September karena sesuai arahan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan. Selain itu, masih perlu persiapan untuk memberikan vaksinasi JE.
Dia menuturkan infeksi JE ini pada manusia ditandai dengan gejala ringan hingga tanpa gejala.
"Gejalanya muncul 4 sampai 15 hari setelah gigitan nyamuk. Gejala utamanya adalah demam tinggi. Pada anak gejala awal berupa demam, muntah, diare, dan kejang," kata dia.
Ia menambahkan pemerintah Indonesia sudah melakukan imunisasi JE di Bali pada tahun 2019. Lalu dilakukan perluasan imunisasi JE di Kalimantan Barat pada taun 2023, dan tahun 2024 diperluas lagi di DIY.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.