Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tiwul, Makanan Khas Gunungkidul Pengganti Beras, Kini Jadi Menu Diet

Kompas.com - 27/02/2024, 13:50 WIB
Markus Yuwono,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah melambungnya harga beras yang masih tinggi, tiwul, makanan khas Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dapat menjadi salah satu makanan alternatif.

Terlebih, produksi singkong sebagai bahan utama pembuatan tiwul masih cukup tinggi.

Kepala Dinas Kebudayaan atau Kundho Kabudayan Gunungkidul, Choirul Agus Mantara mengatakan, tiwul dahulu menjadi makanan pokok sebagai pengganti nasi.

Pada 1970-an, sebagian besar masyarakat mengkonsumsi tiwul campur nasi atau dikenal dengan tiwul pletik.

"Dulu hampir semua warga Gunungkidul mengkonsumsi tiwul, ada yang dicampur sedikit nasi disebut pletik," kata Mantara saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul, Selasa (27/2/2024). 

Baca juga: 5 Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Bersamaan dengan Mangga


Baca juga: 8 Makanan Indonesia yang Mendunia, Apa Saja?

Bahan baku tiwul

Dia menceritakan, tiwul terbuat dari singkong kering atau dikenal gaplek yang sudah ditumbuk halus.

Kemudian dicampur dengan sedikit air lalu digoyang dalam tampah atau tempat membersihkan beras. Setelah itu dikukus, dan bisa dikonsumsi.

Bahkan, pengalamannya, mengkonsumsi tiwul kenyangnya semakin lama. 

"Saya sendiri dulu pemakan tiwul, sekarang tiwul banyak dikonsumsi orang dengan gula darah tinggi, dan menu makanan diet. Bahkan dalang itu sebelum pentas makan tiwul, semalaman tidak merasa lapar," kata dia. 

"Orang seumuran saya, rata-rata dulunya mengkonsumsi tiwul dalam kesehariannya," imbuh dia.

Baca juga: 4 Makanan Sehat yang Berbahaya Bila Dikonsumsi di Malam Hari, Apa Saja?

Nasi Tiwul Ayam Geprek di Gubug Tiwul, Desa Ngerangan, Klaten, Jawa Tengah.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Nasi Tiwul Ayam Geprek di Gubug Tiwul, Desa Ngerangan, Klaten, Jawa Tengah.

Variasi tiwul

Saat ini, tiwul sudah ada berbagai variasi seperti tiwul manis, goreng, instan, dan lainnya.

Selain itu, Pemkab Gunungkidul juga sudah mendaftarkan tiwul sebagai bentuk kekayaan intelektual dan mendapat Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

"Tiwul bisa menjadi alternatif di tengah melambungnya harga beras," kata dia. 

Baca juga: 9 Makanan yang Menyebabkan Urine Menjadi Bau

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono menambahkan, produksi singkong atau ubi kayu di Gunungkidul sebagai bahan utama pengolahan tiwul cukup tinggi.

Pada 2022, produksi singkong mencapai lebih dari 1 juta ton.

"Singkong masing tumpang sari, tetapi cukup besar," kata dia. 

Saat ini, tiwul menurutnya sudah tidak menjadi makanan utama, karena beras sudah mudah ditemukan oleh masyarakat.

Baca juga: 10 Makanan dan Minuman Indonesia dengan Rating Terburuk, Apa Saja?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemkot Yogyakarta Upayakan Tambah Volume Pengolahan Sampah di Pihak Swasta

Pemkot Yogyakarta Upayakan Tambah Volume Pengolahan Sampah di Pihak Swasta

Yogyakarta
Jelang Idul Adha, Penjual Kambing di Yogyakarta Siapkan Dokter Pribadi untuk Ternaknya

Jelang Idul Adha, Penjual Kambing di Yogyakarta Siapkan Dokter Pribadi untuk Ternaknya

Yogyakarta
Sekolah di Sleman yang Ingin Gelar 'Study Tour' Harus Izin ke Dinas Pendidikan, Ini Alasannya

Sekolah di Sleman yang Ingin Gelar "Study Tour" Harus Izin ke Dinas Pendidikan, Ini Alasannya

Yogyakarta
Kericuhan Pelajar di Kota Yogyakarta, 6 Sekolah Diserang Gerombolan Siswa dengan Seragam Coret-coret

Kericuhan Pelajar di Kota Yogyakarta, 6 Sekolah Diserang Gerombolan Siswa dengan Seragam Coret-coret

Yogyakarta
DLH Bantul Bingung Tangani Sampah di Jalan Sekitar Gembira Loka, Ini Penyebabnya

DLH Bantul Bingung Tangani Sampah di Jalan Sekitar Gembira Loka, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Cerita Perajin Besi di Gunungkidul Kebanjiran Orderan Jelang Idul Adha

Cerita Perajin Besi di Gunungkidul Kebanjiran Orderan Jelang Idul Adha

Yogyakarta
Soal Tawuran Pelajar di Yogyakarta, Ketum PP Muhammadiyah: Fanatisme Sekolah yang Tinggi

Soal Tawuran Pelajar di Yogyakarta, Ketum PP Muhammadiyah: Fanatisme Sekolah yang Tinggi

Yogyakarta
40 PNS di Kulon Progo Ajukan Cuti karena Mau Naik Haji, Separuhnya adalah Guru

40 PNS di Kulon Progo Ajukan Cuti karena Mau Naik Haji, Separuhnya adalah Guru

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Malam Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Curi Emas 100 Gram Senilai Rp 100 Juta, Pelaku Sebut 'Nemu' di Kolong Lemari

Curi Emas 100 Gram Senilai Rp 100 Juta, Pelaku Sebut "Nemu" di Kolong Lemari

Yogyakarta
Dipinjami Lahan di Piyungan Selama 3 Tahun, Pemkot Yogyakarta Belum Tentukan Kegunaannya

Dipinjami Lahan di Piyungan Selama 3 Tahun, Pemkot Yogyakarta Belum Tentukan Kegunaannya

Yogyakarta
Niat Hati Pelihara Tujuh Kambing untuk Dijual Saat Idul Adha, Pria Ini Malah Kemalingan

Niat Hati Pelihara Tujuh Kambing untuk Dijual Saat Idul Adha, Pria Ini Malah Kemalingan

Yogyakarta
Nenek di Sleman Tewas Disengat Tawon Vespa, Awalnya Taruh Galah di Pohon Mangga

Nenek di Sleman Tewas Disengat Tawon Vespa, Awalnya Taruh Galah di Pohon Mangga

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator Ringroad DIY, Pakar UGM: Justru akan Rawan Kecelakaan

Wacana Pembongkaran Separator Ringroad DIY, Pakar UGM: Justru akan Rawan Kecelakaan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com