YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ade Armando menjadi sorotan karena pernyataanya tentang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempraktikan politik dinasti.
Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi menilai pernyataan Ade Armando memiliki efek elektoral bagi PSI di DIY.
"Efek elektoral ada. Jika sekarang misalnya disurvei tentu itu berpengaruh ya. Apalagi cukup banyak masyarakat yang sebenarnya terganggu dengan statement itu," katanya saat dihubungi, Selasa (5/12/2023).
Baca juga: Caleg PSI di Kota Malang Ditemukan Tewas Dalam Rumah, Warga Paksa Buka Pintu Depan
Arya Budi menyampaikan pernah melakukan riset sikap warga Yogyakarta tentang keistimewaan jabatan gubernur yang turun temurun. Dari riset tersebut, cukup besar warga masyarakat yang setuju, angkanya mencapai 75 persen.
Artinya, di akar rumput yakni warga DIY mayoritas setuju dengan konsep itu.
"Jadi berdasarkan data itu, jika ada tokoh atau elit politik atau misalnya pegiat sosial media seperti misalnya Ade Armando yang secara konfrontatif berbicara terkait dengan preferensi politik pemerintahan di Yogya tentu itu ada efek elektoralnya," bebernya.
Arya Budi menuturkan Ade Armando saat ini dikenal sebagai politisi dan maju sebagai caleg dari Partai Solidatitas Indonesia (PSI). Sehingga pernyataan Ade Armando tetap akan berdampak pada partai yang menaunginya.
"Efek elektoral ke PSI itu terutama yang di Yogya tentu juga akan terasa. Tinggal magnitudenya itu besar atau kecil. Efeknya besar atau kecil," tuturnya.
Terkait efek elektoral tersebut, Arya Budi menduga tidak akan terlalu besar. Sebab suara PSI sejak awal memang tidak kuat di DIY maupun di nasional.
"Dugaan saya tidak terlalu tinggi, karena PSI sendiri sejak awal memang tidak kuat. Jadi jika menggunakan data Pemilu yang lalu, ya dia (PSI) nggak lolos threshold 4 persen ya. Angkanya berada di rentang 1-3, bahkan di data survei itu datanya dari 0 koma sampai maksimal 2 persen," urainya.
Masa kampanye masih berjalan dua bulan lagi. Menurutnya, masa tersebut bisa menjadi momentum PSI untuk mengoreksi diri.
Selain itu juga menampilkan politik yang lebih berbeda atau melakukan pendekatan kepada warga Yogyakarta untuk memperbaiki elektoralnya.
"Jadi jika misalnya PSI serius melakukan mitigasi akan lebih bagus. Ada teman-teman misalnya DPP yang berkunjung ke paguyuban-paguyuban di Keraton Yogya atau paguyuban masyarakat Yogya dan mereka menunjukkan nguri-nguri kebudayaan tentu akan lebih bagus," ungkapnya.
Melalui langkah itu, PSI tidak hanya dipandang sebagai partainya anak muda saja. Tetapi juga partai bagi seluruh lapisan masyarakat.
"Sementara kalau hanya bertumpu di situ dukungan ke PSI kurang berkembang, sekalipun ketua umumnya anak presiden," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.