KULON PROGO, KOMPAS.com – Pihak berwenang tengah menginvestigasi penyebab anjloknya KA Argo Semeru di Km 520 + 4 petak jalan antara Stasiun Sentolo–Stasiun Wates, wilayah Pedukuhan Kalimenur, Kalurahan Sukoreno, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
PT Kereta Api Indonesia (KAI) bekerja sama dengan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI menginvestigasi kasus ini.
Beragam opini publik muncul mengomentari penyebab anjloknya kereta. KAI mengimbau masyarakat menunggu investigasi.
“Kita (tetap) menunggu hasil investigasi dari KNKT, Dirjen Keselamatan Kemenhub dan dari KAI sendiri,” kata Manajer Humas Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro, via telepon, Rabu (18/10/2023).
Baca juga: KA Argo Semeru Anjlok Diduga karena Suhu Panas Ekstrem Berdampak pada Rel, KNKT dan KAI Turun Tangan
KA Argo Semeru anjlok di tikungan depan Stasiun Kalimenur yang sudah nonaktif.
Video, foto, dan komentar beredar di media sosial, termasuk narasi dugaan penyebab anjloknya kereta.
Salah satu unggahan menyebut kemungkinan kereta anjlok akibat baut besi terlalu kencang pada rel terdampak panas ekstrem.
Kasus memuainya besi dan rel kereta belum pernah ada selama ini. Terlebih di tengah teknologi perkeretaapian yang semakin maju.
Krisbiyantoro mengungkapkan, bahkan pada masa lalu, di mana jalur rel kereta hampir semuanya terbuat dari besi, mulai dari rel, bantalan, hingga pakunya. Karenanya, kasus seperti ini belum pernah terdengar.
“Besi memang panas. Tapi, zaman jadul itu bantalan dari besi, zaman Belanda (bantalan rel) namanya kletek. Ketemu pakunya besi, pendol. Besi ketemu besi, itu kan panasnya lebih lebar. Sekarang beton. Teknologi berkembang,” kata dia.
Komentar publik tidak hanya soal baut besi. Publik juga mengomentari lengkungan rel di dua jalur berdampingan dikait-kaitkan dengan dugaan kecelakaan.
Krisbiyantoro menjawab, rel melengkung di Stasiun Kalimenur berada pada kategori jari-jari (R) yang lebar.
Kereta pun selama ini melintas dengan baik. Hal itu menandakan perencanaan dan perhitungannya sangat matang.
Secara teknis, jalur kereta berdampingan yang melengkung memiliki beda ketinggian untuk mengatasi gaya sentrifugal. Di mana rel di sisi luar lebih tinggi dari sisi dalam.
Karena itu, sekalipun kereta melintas bersamaan di lengkungan ini semua akan berjalan dengan baik.