Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bungkus Kopi Tak Berharga Diubah Emak-emak Gunungkidul Jadi Barang yang Laku Dijual

Kompas.com - 23/08/2023, 14:27 WIB
Markus Yuwono,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.comSampah saat ini menjadi permasalahan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sampah juga seringkali dibuang sembarangan dan mengganggu lingkungan.

Namun, di tangan ibu-ibu di Bank Sampah Catur Mandiri, di Padukuhan Selang IV, Selang, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, sampah diolah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Bahkan bungkus kopi saset yang tidak laku dijual ke pengepul bisa diolah menjadi bak sampah yang unik. Plastik warna warni yang dibuang dan harganya murah, diubah menjadi bunga yang indah.

Baca juga: TPA Sarimukti Kebakaran, Antrean Truk Sampah Capai 5 Kilometer

Pengurus Bank Sampah Catur Mandiri, Rani Widyaningsih mengatakan, pengolahan kerajinan dari sampah sudah dilakukan sejak tahun 2012 lalu. Namun bank sampah, baru berdiri sejak tahun 2014 lalu.

Sampah untuk kerajinan itu didapatkan dari bank sampah. Adapun kerajinan yang dihasilkan yakni piring, wadah tisu, dan pakaian karnaval dari bungkus makanan.

"Ini bak sampah dari bungkus kopi saset yang di pengepul tidak laku, kami beli untuk membuat bak sampah. Ternyata banyak peminatnya," kata Rani saat ditemui di Selang IV, Rabu (23/8/2023).

Selain membuat kerajinan perangkat rumah tangga, juga dibuat bunga berasal dari plastik warna warni. Plastik itu dibeli dari bank sampah maupun warga yag biasanya dibeli pengepul Rp 500 per kilogramnya, pihaknya membeli Rp 5000 per kilogramnya.

Rani pun mempraktikkan membuat bunga yang cukup mudah, hanya menggunakan lem dan gunting.

"Jadi warnanya bisa warna warni," kata dia.

Bekas wadah minuman berbentuk gelas juga bisa dibuat tas belanja dan bak sampah. Hasil karya warga tersebut dijual dengan harga beragam.

Misalnya tempat tisu kosong harganya Rp 30.000, untuk piring harganya Rp 10.000 sampai Rp 15.000, dan bunga Rp 20.000 sampai Rp 25.000.

"Kemarin ada yang borong dari Klaten. Masih lumayan, per bulannya bisa membantu perekonomian keluarga. Bisa rata-rata Rp 500.000 sampai Rp 700.000 per bulannya," kata Rani.

Baca juga: Pemerintah DIY Gelontorkan Rp 16 Miliar Dana Keistimewaan untuk Penanganan Sampah

Meski pelaku kerajinan berkurang, namun dirinya dan anggota bank sampah akan terus berkreasi. Selain itu, dukungan dari pemerintah dirasakan sudah semakin baik.

"Kemarin dinas Perdagangan memasukkan produk kami ke website umkm Gunungkidul, nanti dari luar daerah bisa beli melalui aplikasi," kata Rani.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Harry Sukmono mengatakan, total ada 230 bank sampah di Gunungkidul. Terbanyak di Kapanewon Karangmojo dengan jumlah 101.

Diharapkan dengan semakin banyak bank sampah bisa mengurangi beban TPAS Wukirsari, Wonosari. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Yogyakarta
Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Yogyakarta
Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Yogyakarta
Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Yogyakarta
Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Yogyakarta
Penyu Lekang Ditemukan Mati di Bantul, Diduga akibat Makan Sampah Plastik

Penyu Lekang Ditemukan Mati di Bantul, Diduga akibat Makan Sampah Plastik

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com