YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Warga Padukuhan Tungu, Kalurahan Girimulyo, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, DI Yogyakarta, setiap tahun harus membeli air dari tangki swasta. Ada sumber, tetapi air jaraknya cukup jauh dan belum bisa dimanfaatkan.
Upaya pencarian sumber air sudah dilakukan warga. Namun tidak membuahkan hasil hingga kini. Pencarian melibatkan ahli, untuk menemukan sumber air dekat dengan permukiman, juga tidak menemukan.
Baca juga: Pemadaman Karhutla di Pekanbaru Terkendala Asap dan Sumber Air, 5 Hari Baru Padam
"Sebenarnya di Padukuhan kami ada sumber air, tapi lokasinya dekat laut. Jaraknya sekitar enam kilometer dari rumah warga sehingga tidak bisa dimanfaatkan karena butuh biaya besar untuk mengangkatnya," kata Ketua RT 01/RW 01 Tungu, Rahmadi saat ditemui wartawan di rumahnya Kamis (13/7/2023).
Dikatakannya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga menampung air hujan menggunakan bak penampungan air hujan (PAH). Air yang ditampung selama musim hujan sebagian besar hanya bertahan selama dua minggu setelah hujan berhenti.
Saat musim kemarau, air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus membeli dari tangki swasta. Harga kapasitas 5.000 liter di kisaran Rp150.000 hingga Rp200.000.
Rahmadi menyebut jika keluarga besar dan memiliki ternak hanya bisa bertahan maksimal dua minggu, namun jika keluarga kecil bisa lebih lama.
"Memang instalasi PDAM belum bisa diandalkan. Sedangkan bantuan air bersih yang masuk juga tidak banyak," kata dia.
Dijelaskannya, wilayah Tungu sudah ada aliran PDAM namun sering mati, dan harus bergantian dengan warga lainnya. Dia berharap ada peningkatan layanan.
"Semoga ditingkatkan layanan dari PDAM," kata dia.
Direktur Utama PDAM Tirta Handayani, Toto Sugiharto mengakui layanan PDAM di Padukuhan Tungu belum maksimal. Pihaknya sudah berencana meningkatkan kapasitas produksi di sumber Ngobaran di Kalurahan Kanigoro, Saptosari.
"Dengan peningkatan produksi di Ngobaran, maka layanan di wilayah seperti Pangang, Purwosari, Paliyan dan Saptosari bisa lebih optimal lagi," kata Toto.
Baca juga: Warga Desa di Kebumen Diare Massal, Diduga Akibat Sumber Mata Air Tercemar Bakteri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.