YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Munculnya kembali kasus antraks di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, membuat pedagang hewan ternak takut.
Sebab, mulai terjadi penurunan transaksi di pasar hewan Sionoharjo, Kapanewon Playen sejak pertama muncul kasus antraks di Kapanewon Gedangsari beberapa waktu lalu.
Dari pengamatan Kompas.com di Pasar Sionoharjo, ratusan ternak baik sapi maupun kambing memadati pasar hewan terbesar di pasar hewan yang buka setiap hari Wage pada penanggalan jawa. Rabu (2/2/2022).
Baca juga: 23 Orang di Gunungkidul Alami Gejala Mirip Antraks, Kulit Melepuh
Ketika sejumlah wartawan menanyakan mengenai kasus antraks apakah memengaruhi dagangan mereka, sejumlah pedagang enggan memberikan jawaban karena khawatir jika ramai dibicarakan akan berdampak tingkat pembelian.
"Jangan Mas, mending gak usah," kata salah seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya tersebut.
Is Salah, seorang pedagang asal Kapanewon Wonosari mengakui ada penurunan sejak adanya kasus antraks di Kapanewon Gedangsari.
"Ada penurunan harga dan juga sulit lakunya. Untuk penurunan harga sekitar Rp2 juta sampai Rp 3 juta untuk seekor sapi," kata Is.
"Terjadi sejak minggu lalu ya, muncul kasus antraks di Gedangsari itu," kata dia
Sementara Kepala Penglola Pasar Hewan Sionoharjo Playen, Isnaning Suindarti mengakui ada penurunan pengunjung pada pasaran kali ini.
Baca juga: Muncul Lagi di Gunungkidul, Apa Itu Antraks?
Namun demikian dia menduga tidak hanya faktor antraks namun kemungkinan ada faktor lain, meski tidak disebutkan.
"Penurunan kalau disini kuranglebih 10 persen, untuk transaksi masih stabil ada penurunan sedikit," kata Isnaning ditemui di Kantornya.
Dikatakannya, upaya informasi pedagang dilakukan sejak pasaran wage minggu lalu dengan menyiarkan jika ada kasus antraks dan agar diwaspadai.
Selain upaya sosialiasi, pihaknya juga memberikan pesan kepada pedagang jika ada hewan ternak yang sakit untuk dibawa keluar pasar agar tidak menularkan ke ternak yang lain.
Isnaning mengatakan, selain itu pasar Sionoharjo sejak ditemukan antraks tahun 2019 sudah dilengkapi ruangan Dipping, yang merupakan kolam kecil berisi cairan disinfektan dan di sekelilingnya dilengkapi semprotan.
"Dipping di depan itu jadi ruangan spriyer (penyemprot) ada sensornya. Hewan ternak yang masuk disemprot," ucap Isnaning.
Baca juga: Belasan Ternak di Gunungkidul Mati karena Antraks
Dari pantauan, pintu masuk satu-satunya untuk hewan ternak yang menggunakan mobil memang masuk melalui ruangan Dipping, namun ada juga pedagang yang menurunkan ternaknya di luar pasar masuk melalui pintu yang lain, terutama untuk kambing.
Dikatakan Isnaning, setiap pasaran hewan ternak yang datang sekitar 400 sampai 500 ekor, dan akan meningkat pada menjelang Idul Adha yakni 1000 ekor.
Gunungkidul memiliki 2 pasar hewan besar yakni Pasar Sionoharjo di Kapanewon Playen, dan Pasar Munggi, Kapanewon Semanu.
Selain itu beberapa pasar tradisional kecil juga menjajakan hewan ternak. Sebab, Gunungkidul merupakan salah satu gudang ternak di DI Yogyakarta
Sebelumnya, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Retno Widyastuti menyampaikan, total ada 15 hewan ternak mati akibat antraks.
Adapun ternak diketahui pertama mati pada tanggal 14 Desember 2021 dan terakhir pada 28 Januari 2022.
Baca juga: Peneliti Ungkap Mikroba Penyebab Antraks Berpotensi Jadi Obat Pereda Nyeri
Dikatakannya, pihaknya baru mengetahui setelah ada warga yang terindikasi antraks.
Disinggung mengenai apakah sama dengan kasus tahun 2019, Retno mengatakan jika untuk Kapanewon Ponjong masih satu Kalurahan dari tahun 2019 yakni Kalurahan Gombang.
"Beda dusun satu Kalurahan, memang tanahnya di situ endemis to. Dulu sporanya sampai mana kita kan tidak tahu. Prediksi dari dr Hendra (Kepala BBVet Wates) ikut rumput spora ada yang atau dari lalu lintas ternak," kata Retno
Retno mengatakan, untuk wilayah yang ternaknya positif antraks ada dua Kalurahan yakni Kalurahan Gombang di Kapanewon Ponjong dan Kalurahan Hargomulyo di Kapanewon Gedangsari.
Untuk dua lokasi tersebut tanahnya sudah dIambil sampel dan disiram formalin.
"Untuk ternak yang masih hidup injeksi vitamin, anti biotik, dan dua minggu lagi kita vaksinasi. Gak boleh keluar masuk, boleh keluarnya selesai vaksin, jadi 20 hari setelah kematian terakhir sudah diiobati dan divaksin boleh keluar," ucap Retno. (K125-17)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.