Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Bangun Shelter dan Jaringan Seismograf di Sleman, Ini Fungsinya

Kompas.com - 18/12/2021, 16:13 WIB
Wijaya Kusuma,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bangun shelter dan jaringan seismograf di Candi Abang, Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman. Pembangunan shelter dan jaringan seismograf ini sebagai upaya BMKG meningkatan kecepatan, ketepatan dan akurasi informasi gempa bumi.

Shelter dan jaringan seismograf di Candi Abang, Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman diresmikan langsung oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.

Peresmian ini menandai dimulainya instalasi 17 seismograf di seluruh wilayah Indonesia.

Dwikorita pun menjelaskan kenapa shelter dan jaringan seismograf dibangun di wilayah Prambanan.

Baca juga: BMKG Catat 724 Gempa Susulan Guncang NTT, Warga Diimbau Waspada

"Kenapa di wilayah Candi Abang, sebetulnya bukan wilayah Candi Abang tetapi wilayah Prambanan, karena di situ belum ada titik. Jadi ada zona yang masih kosong, sensornya belum ada," ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Sabtu (18/12/2021).

Dwikorita menyampaikan wilayah Candi Abang, Jogotirto, merupakan lokasi yang tepat dan cocok untuk shelter dan jaringan seismograf. Pasalnya batuan di lokasi tersebut tergolong keras.

"Di wilayah Prambanan ini kami harus mencari lokasi di atas batuan keras, jadi jangan di tanah lunak. Kenapa? Karena sensor itu harus benar-benar yang direkam adalah gelombang gempa bukan gelombang-gelombang yang lain. Kalau batuan keras, ini bisa merekam tanpa noise (bising)," tegasnya.

Dia berkata, BMKG lterus berupaya untuk meningkatkan layanan dalam hal kecepatan, ketepatan, dan akurasi informasi gempa bumi.

"Nah untuk meningkatkan kecepatan, ketepatan dan akurasi itu jumlah sensor-sensor gempa perlu ditambahkan, dirapatkan jaringanya," tuturnya.

BMKG dibantu para ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk menghitung jumlah penambahan shelter dan jaringan seismograf. Selain itu juga dibantu menentukan di mana saja titik-titik yang perlu penambahan alat tersebut.

Dwikorita mengungkapkan, dalam proses pembangunan BMKG dikawal oleh Kejaksaan Agung.

Tujuanya agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam proses pembangunan shelter dan jaringan seismogram.

Baca juga: Pemprov Sulsel Kembali Kirimkan Bantuan Pemulihan ke Selayar Pasca-gempa di NTT

Sementara itu Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno menambahkan, saat ini pihaknya telah membangun shelter dan jaringan seismograf sebanyak 511 titik.

"Sekurang-kurangnya, kalau ideal sekali karena wilayah Indonesia itu luas, paling tidak berdasarkan hasil dengan para ahli dari ITB, sekurang-kurangnya minimal kita punya 600 jaringan seismograf di seluruh Indonesia," ucapnya.

Menurut Bambang butuh waktu untuk bisa membangun 600 jaringan seismogram tersebut. Sebab dalam pembangunan perlu menentukan titik lokasi yang tepat.

"Mudah-mudahan nanti terpenuhi, tapi untuk proses pembangunan ini dibutuhkan waktu ya, untuk survie, mencari lokasinya yang baik, pembangunan shelter, baru diisi oleh peralatanya, jadi bertahap kita lakukan seperti itu," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komplotan Pencuri di Yogyakarta Ditangkap, Sehari Ganjal 10 Mesin ATM, Uang Rp 150 Juta Disikat

Komplotan Pencuri di Yogyakarta Ditangkap, Sehari Ganjal 10 Mesin ATM, Uang Rp 150 Juta Disikat

Yogyakarta
Jelang Desentralisasi Sampah, Pj Wali Kota: Pembangunan TPST 3R Karangmiri Mundur

Jelang Desentralisasi Sampah, Pj Wali Kota: Pembangunan TPST 3R Karangmiri Mundur

Yogyakarta
Tak Mau 'Snack Lelayu' Terulang Saat Pilkada, Ketua KPU DIY Minta Lebih Teliti

Tak Mau "Snack Lelayu" Terulang Saat Pilkada, Ketua KPU DIY Minta Lebih Teliti

Yogyakarta
Terdapat 3 Sengketa Pemilu, Penetapan Anggota Legislatif di DIY Terancam Mundur

Terdapat 3 Sengketa Pemilu, Penetapan Anggota Legislatif di DIY Terancam Mundur

Yogyakarta
Muncul dalam Penjaringan PDI Perjuangan, Soimah Tidak Bersedia Maju Pilkada

Muncul dalam Penjaringan PDI Perjuangan, Soimah Tidak Bersedia Maju Pilkada

Yogyakarta
Lansia di Kulon Progo Dibacok Residivis yang Cemburu Buta

Lansia di Kulon Progo Dibacok Residivis yang Cemburu Buta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Pelihara Buaya dari Sekecil Tokek Kini 2 Meter, Pemilik Ngeri dan Serahkan ke BKSDA Yogyakarta

Pelihara Buaya dari Sekecil Tokek Kini 2 Meter, Pemilik Ngeri dan Serahkan ke BKSDA Yogyakarta

Yogyakarta
Saat Bansos Jelang Pilkada Jadi Perhatian Khusus KPU DIY...

Saat Bansos Jelang Pilkada Jadi Perhatian Khusus KPU DIY...

Yogyakarta
Pembebasan Lahan di IKN, AHY: Tidak Boleh Asal Gusur

Pembebasan Lahan di IKN, AHY: Tidak Boleh Asal Gusur

Yogyakarta
Soal Gugatan 'Snack Lelayu', KPU Sleman: No Comment, Kami Sampaikan pada Waktu yang Tepat

Soal Gugatan "Snack Lelayu", KPU Sleman: No Comment, Kami Sampaikan pada Waktu yang Tepat

Yogyakarta
Soal Posisi PDI-P Pasca-Pilpres 2024, Ganjar: Rasanya Iya, di Luar Pemerintahan

Soal Posisi PDI-P Pasca-Pilpres 2024, Ganjar: Rasanya Iya, di Luar Pemerintahan

Yogyakarta
Besok BPBD DIY Gelar Simulasi Gempa, Masyarakat Diminta Tidak Kaget

Besok BPBD DIY Gelar Simulasi Gempa, Masyarakat Diminta Tidak Kaget

Yogyakarta
Ganjar Pastikan Siap Turun untuk Pemenangan PDI-P pada Pilkada 2024

Ganjar Pastikan Siap Turun untuk Pemenangan PDI-P pada Pilkada 2024

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com