Salin Artikel

426 Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan MBG, Sultan Singgung Dapur: Biasa Bikin 50, Jadi 3.000 Porsi

Sultan menilai bahwa proses memasak 3.000 porsi makanan dalam sehari tidak mungkin dilakukan dengan baik.

“Saya sudah mengatakan, ya gimana kalau mau bikin 3.000 porsi ya tidak bisa. Biasanya bikin 50 terus 3.000,” ujar Sultan saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, pada Jumat (17/10/2025).

Sultan menjelaskan, untuk mengelola daging sapi atau ayam dalam jumlah besar seperti itu, bahan makanan seharusnya dibeli pada sore hari dan segera diolah pada pagi harinya.

Jika ingin menyimpan bahan makanan, dibutuhkan fasilitas pendingin yang memadai.

“Emang punya freezer dan memungkinkan? Kalau tidak dikasihkan freezer kan sudah biru. Lha digoreng, hayo mabok (keracunan),” tambahnya.

Menurut Sultan, pemahaman yang kurang mengenai hal-hal tersebut di kalangan petugas dapur dapat berakibat fatal.

“Hal-hal seperti itu kalau tidak dipahami mereka yang berada di dapur. Ha mbok sampai kapan pun yang keracunan masih ada,” imbuhnya.

Sultan menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap manajemen di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Ia mencontohkan bahwa dalam satu kelompok memasak seharusnya terdapat lebih banyak koki jika harus memasak untuk 3.000 porsi.

“La nek telungewu (Kalau 3.000) dibagi berapa porsi gitu aja. Itu lebih logis daripada satu unit suruh 3.000. Tidak akan bisa,” jelasnya.

Pada Rabu (15/10/2025), sebanyak 426 siswa mengalami sakit perut setelah menyantap menu MBG, dan efeknya baru dirasakan pada Kamis (16/10/2025) dini hari.

Meski demikian, menu MBG tetap dibagikan pada hari yang sama.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta, Ngadiya, mengungkapkan bahwa sebanyak 420 siswa memilih untuk tidak mengambil jatah makan mereka.

“Ada kemarin hari Kamis 420 tidak ambil MBG, sama Pak Kepala Dinas disuruh ngembaliin ke SPPG, ya sudah saya kembalikan,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (17/10/2025).

Ngadiya menambahkan, satu kelas hanya mengambil 5 sampai 10 porsi dari total 36 siswa, menunjukkan adanya ketakutan dan trauma di kalangan siswa.

“Saya tanya, masih ragu-ragu, masih trauma,” katanya.

Sebelumnya, 426 siswa dilaporkan mengalami gejala sakit perut dan diare setelah mengonsumsi MBG.

“Dari hasil kroscek di seluruh kelas, yang mengalami sakit perut tadi malam sekitar jam 1 sampai jam 3 ada 426,” kata Ngadiya saat ditemui di sekolah, Kamis (16/10/2025).

Dari jumlah tersebut, sebanyak 33 siswa tidak masuk sekolah keesokan harinya. “Cek lagi yang tidak masuk ada 33 siswa. Itu ada yang sakit, ada juga yang alasan lain,” imbuhnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/10/17/171133378/426-siswa-sman-1-yogyakarta-keracunan-mbg-sultan-singgung-dapur-biasa

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com