Salin Artikel

420 Siswa SMAN 1 Yogyakarta Tolak Ambil MBG, Trauma usai Keracunan Massal

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Ratusan siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta menolak mengambil jatah Makan Bergizi Gratis (MBG) karena trauma setelah sebelumnya 426 siswa mengalami sakit perut usai menyantap menu MBG.

MBG dikonsumsi pada Rabu (15/10/2025) siang, sementara efeknya baru dirasakan pada Kamis (16/10/2025) dini hari. Meski demikian, menu MBG masih tetap dibagikan pada hari yang sama.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta, Ngadiya, mencatat sebanyak 420 siswa memilih tidak mengambil jatah makan karena takut dan trauma dengan kejadian sebelumnya.

“Ada kemarin hari Kamis 420 tidak ambil MBG, sama Pak Kepala Dinas disuruh ngembaliin ke SPPG, ya sudah saya kembalikan,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (17/10/2025).

“Kemarin kan ada satu kelas itu hanya ngambil 5 sampai 10 padahal satu kelas 36 siswa. Saya tanya, masih ragu-ragu, masih trauma,” lanjutnya.

Mulai Jumat (17/10/2025), program MBG di sekolah tersebut resmi dihentikan sementara waktu.

“Iya, berhenti. Dihentikan mulai hari ini sampai dua minggu ke depan, tergantung hasil lab-nya gimana. Setelah hasil evaluasi selesai dan perbaikan dilakukan, mungkin bisa dilanjut lagi,” pungkas Ngadiya.

426 Siswa Keracunan

Sebelumnya, 426 siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta dilaporkan mengalami gejala sakit perut dan diare usai mengonsumsi MBG pada Rabu (15/10/2025).

“Dari hasil kroscek di seluruh kelas, yang mengalami sakit perut tadi malam sekitar jam 1 sampai jam 3 ada 426,” kata Ngadiya saat ditemui di sekolah, Kamis (16/10/2025).

Dari jumlah tersebut, sebanyak 33 siswa tidak masuk sekolah keesokan harinya.

“Cek lagi yang tidak masuk ada 33 siswa. Itu ada yang sakit, ada juga yang alasan lain,” imbuhnya.

Penyedia MBG di SMA Negeri 1 Yogyakarta berasal dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wirobrajan.

Pihak dapur pun mengakui kemungkinan siswa keracunan karena ayam yang dimasak terlalu dini.

“SPPG Wirobrajan sudah ke sini didampingi Puskesmas. Konfirmasi tadi dari SPPG mengakui kemungkinan ada keracunan dari MBG, kemungkinan dari ayamnya,” ungkap Ngadiya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/10/17/141825878/420-siswa-sman-1-yogyakarta-tolak-ambil-mbg-trauma-usai-keracunan-massal

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com