Salin Artikel

MBG di SMAN 1 Yogyakarta Dihentikan Sementara, 2 Korban Dugaan Keracunan Belum Masuk Sekolah

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dampak dari dugaan keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa 426 siswa masih terasa di SMA Negeri 1 Yogyakarta.

Hingga Jumat (17/10/2025), masih ada dua siswa yang tidak masuk sekolah karena merasa tak enak badan.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta Ngadiya mengatakan, MBG diberhentikan mulai hari ini, selama 1-2 minggu ke depan sambil menunggu hasil laboratorium dan evaluasi menyeluruh.

Diketahui, sebanyak 426 siswa mengalami gejala diare dan sakit perut pada Kamis (16/10/2025) dini hari, diduga menyantap menu MBG pada Rabu (15/10/2025).

Dari 426 siswa yang mengalami gejala sakit perut hingga diare, 32 siswa tidak masuk sekolah pada Kamis (16/10/2025).

“32 yang tidak masuk itu tadi malam sudah saya minta datanya ke orangtuanya masing-masing melalui WhatsApp dan udah jawab semua. Tidak ada (anak) yang opname,” kata Ngadiya saat dihubungi, Jumat (17/10/2025).

Lanjut dia, Jumat (17/10/2025) pagi hari dilakukan pengecekan kembali apakah ada siswa yang kembali tak masuk setelah dugaan keracunan. Hasilnya, masih ada 4 siswa yang tidak masuk sekolah hari ini.

Menurut Ngadiya dari 4 siswa yang tidak masuk hari ini, 2 di antaranya masih merasa tak enak badan pasca mengonsumsi MBG. 2 orang lainnya tidak masuk karena ada alasan lain bukan terkait dengan MBG.

Ia lalu meminta guru Bimbingan Konseling (BK) untuk mendatangi rumah murid-murid tersebut.

“Saya minta guru BK untuk ke rumahnya, tadi sudah ke rumahnya alhamdulilah mereka di rumah, tidak ke rumah sakit. Artinya sudah semakin membaik kesehatannya yang dua,” katanya.

Dia menambahkan, saat guru BK berkunjung ke rumah siswa, kondisinya sudah semakin baik. Kedua siswa tersebut sudah bisa duduk dan dapat berbincang dengan guru BK.

“Udah ngobrol biasa, tapi kadang perutnya sakit slemet-slemet (melilit) gitu. Tapi sudah biasa,” ujar dia.

Siswa Trauma

Ngadiya menambahkan pada Kamis, ada sejumlah 420 siswa yang mengembalikan MBG karena trauma.

“Ada kemarin hari Kamis 420 tidak ambil MBG, sama pak kepala dinas disuruh ngembaliin ke SPPG ya udah saya kembalikan,” ucapnya.

“Kemarin kan ada satu kelas itu hanya ngambil 5 sampai 10 padahal satu kelas 36 siswa. Saya tanya masih ragu-ragu masih trauma,” kata dia.

MBG Dihentikan

Mulai hari ini Jumat (17/10/2025) MBG diberhentikan sementara.

“Iya berhenti, dihentikan mulai hari ini sampai 2 minggu ke depan. Antara satu minggu sampai dua minggu tergantung hasil labnya gimana, perbaikannya harus bagaimana. Setelah hasil evaluasi selesai perbaikan selesai mungkin bisa dilanjut lagi,” pungkas Ngadiya.

Ayam Diduga Penyebab Keracunan

Dugaan Ayam Masak Terlalu Pagi Penyedia MBG di SMA N 1 Yogyakarta berasal dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Wirobrajan.

Pihak SPPG telah mendatangi sekolah untuk memberikan klarifikasi atas kejadian tersebut.

“Tadi pagi SPPG Wirobrajan sudah ke sini didampingi Puskesmas. Konfirmasi tadi dari SPPG mengakui kemungkinan ada keracunan dari MBG, kemungkinan dari ayamnya,” ujar Ngadiya, Kamis.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/10/17/141635278/mbg-di-sman-1-yogyakarta-dihentikan-sementara-2-korban-dugaan-keracunan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com