YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masuki musim peralihan yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem, warga di bantaran Sungai Winongo diminta mengungsi saat ketinggian air mencapai 250 cm.
Ketua KTB Kampung Serangan Kelurahan Notoprajan, Ibnu Hajar menjelaskan, untuk warga yang tinggal di kawasan bantaran sungai telah dibekali penyiagaan bencana ekstra pada fase peralihan musim mengingat ada potensi kerawanan bencana banjir maupun talud longsor.
“Kampung kami berada di bantaran Sungai Winongo, ada dua Early Warning System (EWS) yang dipasang, kesepakatan kami ketika terjadi cuaca ekstrem disertai hujan deras dan angin kencang, kalau water level atau ketinggian air sudah mencapai 250 centimeter warga mulai dievakuasi," katanya, Jumat (29/8/2025).
Pihaknya juga menyatakan alarm EWS di Sungai Winongo secara otomatis akan berbunyi saat ketinggian air berada pada 220 centimeter.
Dikarenakan bentangan sungai cukup lebar, sebelum volume air semakin tinggi, sudah ada peringatan awal yang dapat membantu proses evakuasi.
Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta Nur Hidayat menyatakan, pada bulan September sampai Desember 2025 akan mulai memasuki masa peralihan musim kemarau ke musim hujan.
“Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masa peralihan atau pancaroba, dari musim kemarau ke musim hujan diperkirakan terjadi pada periode sekitar September sampai November atau Desember 2025. Fase peralihan tersebut dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem,” ujarnya.
Menurutnya potensi bencana di Kota Yogyakarta saat musim pancaroba adalah banjir, pohon tumbang, maupun atap rumah roboh.
“Selain kebencanaan ada juga dampak susulan yaitu penyakit, untuk itu kami mengimbau agar kita semua warga masyarakat harus semakin meningkatkan kesadaran pentingnya mitigasi bencana, menyiagakan diri dari segi kesehatan dan kebersihan tata lingkungan, karena pada dasarnya kalau ingin selamat harus dimulai dari diri sendiri, baru orang lain bisa membantu,” terangnya.
Pihaknya menekankan pentingnya mitigasi bencana, dengan memetakan potensi kebencanaan di lingkungan tempat tinggal.
Dimulai dari mengelola sampah dengan bijak, membersihkan saluran air, memangkas ranting pohon yang berisiko tumbang, memperbaiki atap rumah yang lapuk, serta menyimpan barang berharga di tempat aman.
“Dari total 169 kampung masing-masing telah dibentuk Kampung Tangguh Bencana (KTB), untuk mendorong kemandirian masyarakat memitigasi dan menangani bencana. BPBD tentu menyiagakan personel dan peralatan untuk penanganan cepat bila terjadi bencana. Namun, peran serta masyarakat dalam memitigasi sangat penting untuk mengurangi risiko kerugian,” tandasnya.
https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/08/29/134455278/ancaman-banjir-di-sungai-winongo-jogja-warga-wajib-mengungsi-jika-air