Salin Artikel

Ratusan Pedagang Pasar Wates Gelar Upacara HUT ke-80 RI, Jalan Raya Ditutup

Banyaknya pedagang yang ikut dalam acara itu, membuat mereka harus berkumpul hingga  memenuhi jalan raya.

Suasana khidmat yang menyelimuti Pasar Wates itu terjadi sejak pukul 08.00 WIB. Setidaknya ada 300an pedagang yang mengikuti upacara tersebut.

Tradisi ini telah menjadi agenda tahunan yang rutin digelar oleh komunitas pedagang pasar tersebut.

Para peserta berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari pedagang pasar pagi, pedagang kios lantai satu dan dua, tukang parkir, hingga tampak pekerja koperasi.

Tak hanya itu, tukang becak dan warga sekitar juga turut hadir mengikuti jalannya upacara.

“Semoga dengan upacara ini, para pedagang, khususnya yang sudah sepuh, terus mengenal dan mencintai Indonesia,” ujar Riuk Sudaryo, Ketua Yayasan Pedagang Wetan Pasar Wates.

Menurut Riuk, sejatinya semangat nasionalisme terus ditanamkan di kalangan pedagang.

Setiap pagi pukul 07.00 WIB, lagu Indonesia Raya pun dikumandangkan, dan para pedagang berdiri di tempat sebagai bentuk penghormatan.

Kemudian pada tiap peringatan Hari Kemerdekaan kali ini, upacara dilakukan di pelataran depan pasar, yang sebelumnya dipadati oleh pedagang pasar pagi yang menggelar lapak sejak subuh.

Nuansa kemerdekaan sudah sangat terasa dengan diputarnya lagu-lagu kebangsaan sejak pukul 06.30 WIB.

Sambil bekerja mendatangkan barang, ibu-ibu pedagang sudah berdandan rapi, para laki-laki sudah mengenakan batik.

Tepat pukul 07.00 WIB, para pedagang mulai merapikan dagangan mereka. Sekitar pukul 07.30 WIB, mereka lalu berkumpul di lokasi upacara, berbaris rapi dalam tiga kelompok, dengan pemisahan antara peserta laki-laki dan perempuan.

Tingginya antusiasme peserta bahkan membuat jalan raya satu arah di depan pasar terpaksa ditutup sementara karena dipenuhi oleh peserta upacara.

Riuk menjelaskan, tahun ini undangan disebar untuk sekitar 400 pedagang, dan hampir semuanya ikut serta.

Mereka berasal dari berbagai jenis usaha, mulai dari penjual tempe, geblek, getuk, growol, hingga jajanan khas daerah lainnya.

Mayoritas peserta adalah perempuan. "Setiap tahun kami rutin mengadakan upacara ini. Antusiasme para pedagang, terutama ibu-ibu, sangat tinggi," kata Riuk.

Sebagai bentuk apresiasi, panitia juga menyediakan konsumsi ringan bagi para peserta.

Salah satu peserta, Yulianti, pedagang telur asin yang telah berdagang di Pasar Wates selama 25 tahun, mengaku bangga bisa kembali ikut serta dalam hajatan ini.

"Sudah tujuh kali saya ikut. Semoga ke depan Pasar Wates semakin maju dan dagangan kami makin laris," ujar dia.

Baik Riuk maupun Yulianti berharap, kegiatan ini dapat semakin mempererat persaudaraan antar pedagang serta menumbuhkan rasa cinta tanah air di tengah kesibukan berdagang sehari-hari.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/08/17/105528078/ratusan-pedagang-pasar-wates-gelar-upacara-hut-ke-80-ri-jalan-raya

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com