Salin Artikel

Belum Berhasil, Disposal Diduga Bom Pesawat Seberat 400 Kg di Sleman Dilanjut Besok

Disposal dilakukan di bawah bukit setinggi 30 meter di daerah Cangkringan, Senin (11/8/2025).

Namun, proses tersebut belum berhasil dan akan dilanjutkan pada Selasa (12/8/2025) besok.

Dari Kantor Kalurahan Glagahsari, Kapanewon Cangkringan, Kompas.com memantau proses disposal yang dilakukan di bawah bukit di Dusun Besalen, Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan.

Selama proses tersebut, terdengar empat kali ledakan yang terjadi pada pukul 16.12 WIB, 16.35 WIB, 16.53 WIB, dan 17.08 WIB.

"Mortir atau bom pesawat yang ada di Nemplak, kemarin malam sudah dievakuasi ke arah yang kira-kira lebih aman, yaitu di arah Cangkringan ini," kata Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setyanto Erning Wibowo, Senin. 

Ia menambahkan bahwa benda yang diduga merupakan bom pesawat ini kemudian dilakukan disposal oleh tim Jibom Gegana Brimob Polda DIY.

Edy Setyanto menjelaskan bahwa lokasi disposal berada di Dusun Besalen yang memiliki kedalaman sekitar 30 meter.

Sebelum proses disposal dimulai, Polresta Sleman bersama BPBD Sleman dan pihak kalurahan telah melakukan evakuasi warga ke tempat yang aman, sehingga tidak ada warga yang berada dalam jarak 500 meter hingga 1 kilometer dari lokasi disposal.

"Kalau yang di warga sini Glagaharjo ini (dievakuasi) ada 7 KK, kemudian yang di Wukirsari 14 KK," ujarnya.

Selama proses disposal, sejumlah akses jalan menuju lokasi juga dijaga oleh anggota kepolisian.

Edy Setyanto mengungkapkan bahwa meskipun telah dilakukan disposal sebanyak empat kali, proses tersebut belum membuahkan hasil.

"Kemudian, sudah dilakukan disposal tadi, empat kali, namun belum mendapatkan hasil," ungkapnya.

Dilanjutkan besok karena disposal gagal

Edy Setyanto juga menyatakan bahwa penyebab kegagalan proses disposal masih belum diketahui.

"Ya, kita belum tahu, ya, karena tadi dicoba dengan kekuatan sekian oleh ahli, oleh Jibom, rupanya belum meledak. Kemudian diulang lagi sampai keempat, tapi masih belum," tuturnya.

Proses disposal sementara dihentikan karena situasi sudah gelap dan akan dilanjutkan Selasa.

Ia mengimbau agar masyarakat menjauh dari lokasi saat disposal dilaksanakan kembali.

"Dan saya imbau kepada seluruh masyarakat, besok rencana akan dilakukan disposal kembali. Mohon untuk warga untuk sementara tidak berada di sekitar lokasi dulu," ungkapnya.

"Dimungkinkan bom pesawat jenisnya," kata Eddy.

Ia memperkirakan bahwa benda tersebut merupakan peninggalan dari masa agresi kedua pada masa perang kemerdekaan.

Sebelumnya, warga menemukan mortir tersebut saat menggali tanah di depan halaman rumahnya.

Kasi Humas Polresta Sleman, AKP Salamun, membenarkan penemuan benda diduga mortir tersebut.

"Penemuan benda diduga mortir pada hari Minggu tanggal 10 Agustus 2025 pukul 16.50 Wib di halaman rumah warga," ujarnya.

Salamun menjelaskan bahwa penemuan tersebut berawal saat seorang warga menggali tanah dengan cangkul dan mendapati benda keras.

"Membentur benda keras menimbulkan suara 'tang' kemudian terlihat benda menyerupai sebuah peluru mortir," ucapnya.

Warga kemudian melaporkan penemuan tersebut ke Polsek Ngemplak, yang segera mengamankan lokasi dan berkoordinasi dengan Gegana Polda DIY.

Benda diduga mortir tersebut kini dijaga oleh personel Jibom Gegana Brimob Polda DIY dan Polsek Cangkringan.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/08/11/193426178/belum-berhasil-disposal-diduga-bom-pesawat-seberat-400-kg-di-sleman

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com