Salin Artikel

Korban Erupsi Merapi yang Transmigrasi ke Konawe Selatan Disebut Tak Dapat Lahan yang Dijanjikan, Sebagian Pulang

Meskipun jatah lahan dan sertifikat sudah tercantum dalam nota kesepahaman antara pemerintah daerah, warga transmigrasi asal Sleman tersebut masih menunggu kepastian.

Bupati Sleman, Harda Kiswaya, mengungkapkan bahwa ia mengetahui permasalahan ini dari anggota DPR RI, Totok Daryanto.

"Pertama kali saya tahu itu malah dari DPR pusat, Mas Totok Daryanto, kalau ada transmigrasi dari Sleman yang belum dilayani sesuai kesepakatan antara Kabupaten Sleman dan Konawe Selatan," ujar Harda saat ditemui di kantor DPRD Sleman, Senin (23/06/2025).

Pada tahun 2011, sebanyak 25 KK berangkat transmigrasi ke Konawe Selatan, khususnya di Kecamatan Ranomeeto.

Mereka adalah korban erupsi Gunung Merapi 2010.

Dari 25 KK tersebut, 12 KK memilih kembali ke Sleman karena kesulitan beradaptasi.

"Dulu awalnya ada 25 KK, tapi ada 12 KK yang pulang, mungkin tidak kuat menjalani kehidupan di sana," kata Harda.

Saat ini, masih ada 13 KK yang bertahan di Konawe Selatan, namun mereka juga belum mendapatkan hak lahan usaha yang dijanjikan.

"Yang 13 ini belum terlayani sesuai harapannya. Awalnya akan diberikan dua hektar, tapi baru satu hektar yang diterima," tuturnya.

Harda menjelaskan, berdasarkan informasi yang diterimanya saat kunjungan ke lokasi, luas lahan satu hektar yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan.

"Ada yang sesuai dan ada yang tidak, tetapi itu tidak menjadi masalah bagi teman-teman transmigran," ujarnya.

Pemerintah setempat berencana mengganti satu hektar lahan yang belum diberikan dengan menggarap kawasan hutan sosial.

"Itu dengan bahasa tanah kas desa, Nggaduh (bagi hasil) 35 tahun. Bisa diperpanjang satu kali, jadi bisa 70 tahun. Saya sampaikan kepada teman-teman transmigran agar bisa menerima, tetapi ini belum menjadi keputusan," jelasnya.

Harda menegaskan bahwa tanah yang sudah dicadangkan untuk transmigrasi seharusnya tidak digunakan untuk kegiatan lain, namun saat ini lahan tersebut sudah digunakan untuk perkebunan sawit.

"Lahan sudah dicadangkan untuk program transmigrasi, tetapi digunakan lagi untuk perkebunan sawit," urainya.

Saat ini, Harda sedang menyusun kajian untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Setelah kajian selesai, ia berencana kembali ke Konawe Selatan untuk bertemu dengan Bupati Konawe Selatan guna membahas kerjasama transmigrasi dan penyelesaian masalah yang ada.

"Saya akan ke sana lagi untuk bertemu bupati membahas berkaitan dengan kerjasama transmigrasi ini, permasalahan harus kita selesaikan," tegasnya.

Permasalahan hak lahan bagi transmigran asal Sleman ini menjadi perhatian serius Pemkab Sleman.

Harda menekankan pentingnya perbaikan kerjasama terkait transmigrasi, karena masalah ini dapat mengurangi daya tarik program transmigrasi ke Konawe Selatan.

"Kalau kejadian seperti ini, ya mesti tidak menarik. Kan tidak ada kepastian hukum bagi transmigran, masih ada sedikit keramaian masyarakat berkaitan dengan hak di sana," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/06/23/161927378/korban-erupsi-merapi-yang-transmigrasi-ke-konawe-selatan-disebut-tak

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com