Salin Artikel

Berkah Idul Adha, Perajin Kerupuk Kulit Gunungkidul Kebanjiran Kulit Sapi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Perayaan Idul Adha tak hanya menjadi momen ibadah, tetapi juga berkah ekonomi bagi para perajin kerupuk kulit di Kalurahan Sodo, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, DIY.

Salah satunya adalah Susilo (35), yang mengaku produksi rambaknya meningkat dua kali lipat berkat pasokan kulit sapi kurban yang melimpah dan lebih murah dari hari biasa.

Susilo berkata, pada saat hari biasa dirinya mendapatkan pasokan sekitar 1 sampai 5 ton kulit sapi. Sementara saat momen Idul Adha kemarin, dia mendapat pasokan 2 ton kulit sapi segar.

Selain itu, kalau hari biasa harga kulit sapi segar Rp 30.000-31.000 per kilogram, saat Idul Adha dia mendapat harga Rp 10.000-13.000 per kilogram kulit basah, tergantung kualitas kulit sapi

"Alhamdulilah untuk tahun menjadi berkah bagi UMKM rambak kulit disamping banyak kulit kurban, dan murah dibandingkan hari biasa," kata Susilo ditemui wartawan di rumahnya Kamis (12/6/2025).

"Bahkan untuk pengolahan yang lebih besar bisa diatas 2 ton per hari kemarin," kata dia.

Susilo mengatakan, untuk mengolah kulit sapi segar harus segera dilakukan ketika datang. Sebab, harus segera diolah kalau tidak segera dibersihkan bulu, dan penyimpanan bagus akan cepat membusuk.

Jumlah produksi kerupuk meningkat hampir dua kali lipat dibanding bulan biasa.

"Banyak hujan, kalau tidak segera dilakukan pembersihan bulu, dan penyimpanan yang bagus, bisa membusuk," kata dia.

Setelah kulit dibersihkan lalu direbus, dipotong kecil lalu dilanjutkan dijemur. Proses ini bisa memakan waktu beberapa hari tergantung cuaca.

"Setelah kering, digoreng, dan dikemas untuk dijual ke pasaran,”kata Susilo.

Harga kerupuk kulit dijual Rp 100.000 sampai Rp 110.000 per kilogramnya tergantung kualitas kulitnya.

Kerupuk kulit tidak hanya dibeli oleh warga lokal atau wilayah DIY, namun telah merambah ke berbagai kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, bahkan sampai ke luar Pulau Jawa seperti Lampung, Palembang, Pontianak, hingga Makassar.

Biasanya kerupuk kulit digunakan untuk bahan membuat sayur, atau dimakan langsung bagi yang suka.

“Biasanya lewat pengepul atau pesanan toko oleh-oleh. Permintaan dari luar Jawa justru makin naik dalam beberapa tahun terakhir," kata dia.

Susilo berharap, ada pelatihan online marketing atau bantuan kemasan modern. Pihaknya yakin rambak dari Sodo bisa bersaing dengan produk dari daerah lain.

Selain itu bantuan alat pengering juga diperlukan bagi UMKM seperti dirinya. Apalagi saat ini musimnya tidak menentu.

"Sekarang saja banyak yang repeat order dari pelanggan luar Jawa," kata dia.

Menurut dia, kerupuk rambak produksi Gunungkidul banyak disukai karena teksturnya yang renyah, rasa gurih yang khas tanpa terlalu banyak tambahan penyedap, dan kualitas bahan baku yang masih terjaga.

Salah seorang pembeli, Hendro mengaku membeli untuk dibuat campuran sayur lombok khas Gunungkidul.

"Beli sedikit untuk campuran jangan lombok (sayur cabai)," kata warga Kapanewon Paliyan ini.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/06/12/160500878/berkah-idul-adha-perajin-kerupuk-kulit-gunungkidul-kebanjiran-kulit-sapi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com