Salin Artikel

Segoro Amarto, Batik Khas Yogyakarta Diluncurkan untuk ASN dan Pelajar

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo resmi meluncurkan batik Segoro Amarto Reborn yang akan menjadi identitas baru kota budaya tersebut.

Batik ini dirancang sebagai seragam untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pelajar tingkat SD hingga SMP di Kota Yogyakarta mulai tahun 2026.

Disebut Batik Segoro Amarto reborn karena batik ini pertama kali diperkenalkan oleh Wali Kota Yogyakarta periode 2001-2006 dan 2006-2011 yaitu Herry Zudianto.

Kemudian, di masa kepemimpinan Hasto, perajin membuat desain Segoro Amarto yang baru.

Bakal Jadi Seragam ASN dan Pelajar

Hasto mengatakan, Batik Segoro Amarto ini tidak hanya sebagai ciri khas Kota Yogyakarta, tetapi juga upaya untuk menggerakkan roda ekonomi di Kota Yogyakarta.

“Tanpa produksi dan menggerakkan ekonomi, ya tidak terlalu berdampak. Makanya batik ini harus produktif,” kata Hasto, Kamis (22/5/2025).

Ke depan, batik Segowo Amaro akan diproduksi oleh perajin batik yang ada di Kota Yogyakarta.

Hasto berharap pada tahun 2026 batik dapat digunakan oleh ASN dan pelajar di tingkat SD hingga SMP.

“Kita lihat untuk seragam anak-anak sudah cocok, keren tadi,” kata dia.

Mantan Bupati Kulon Progo ini menyampaikan, batik Segoro Amarto sudah didaftarkan Hak atas Kekayaan Intelektual, sehingga untuk produksinya hanya bisa dikerjakan oleh perajin yang sudah ditunjuk oleh Pemkot Yogyakarta.

Namun, untuk langkah awal Pemkot Yogyakarta akan memesan cap batik terlebih dahulu.

“Saya mau pesan cap (batik) dulu di PDIN. Cap ini akan dibagikan ke kelompok-kelompok yang siap produksi,” katanya.

Hasto tak ingin produksi batik Segoro Amarto ini dikuasai oleh perusahaan besar tetapi akan diutamakan untuk perain yang ekonominya masih rendah.

“Nanti ditunjuk berdasarkan prioritas. Misalnya yang lemah ekonominya perlu dibantu. Jangan terus dikuasai istilahnya sama perusahaan besar,” ujar dia.

Harapan Wali Kota

Hasto meminta agar masyarakat tidak mengaitkan launching batik Segoro Amarto ke ranah politik.

Dia mengatakan, selama pembuatan desain Segoro Amarto, dirinya tidak melakukan intervensi kepada perajin.

“Kita tidak intervensi. Boleh tanya ke kuratornya,” kata dia.

“Kalau ada pesan tertentu, pasti hasilnya mengikuti keinginan wali kota,” imbuh Hasto.

Ia berharap versi Segoro Amarto baru ini bisa dilestarikan ke depannya tanpa ada sentimen terhadap golongan.

“Dulu di Kulon Progo lahir batik Geblek Renteng, itu tidak ada pesan dari saya. Peserta lombanya pun banyak ada 900 lebih, lalu ditentukan juri dan kurator,” katanya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/05/23/063009578/segoro-amarto-batik-khas-yogyakarta-diluncurkan-untuk-asn-dan-pelajar

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com