Salin Artikel

Mbah Tupon, Kasus Mafia Tanah di Yogyakarta, dan Proses Hukumnya

Mbah Tupon terancam kehilangan ribuan meter persegi tanahnya karena tiba-tiba sertifikat berganti nama dengan inisial IF, dan diagunkan di bank.

Lima nama yang dilaporkan oleh Mbah Tupon terdiri dari Bibit Rustamta, Triono, Anhar Rusli selaku notaris, serta dua individu dengan inisial TRY dan IF.

Triono merupakan orang yang dipercaya Mbah Tupon untuk memecah tanahnya.

"Saya nanti sesuai di laporan menunggu pemanggilan, akan saya sampaikan apa yang saya ketahui," ucap Triono saat dihubungi awak media pada Senin (28/4/2025).

Triono menjelaskan bahwa Mbah Tupon pernah menitipkan uang sebesar Rp 35 juta kepada Bibit Rustamta, namun dana tersebut tidak pernah diterima olehnya.

"Dana itu enggak dikasih ke saya, terus waktu itu dikasih Mbah Tupon (Rp 5 juta). Karena enggak jadi, sudah saya transfer lagi," jelas Triono.

Pahlawan

Dalam proses pemecahan tanah seluas 1.655 meter persegi, Triono mengaku menjadi perantara antara Mbah Tupon dan TRY, yang mengaku sebagai notaris.

Ia memperkenalkan TRY sebagai pihak yang membantu proses pemecahan tanah dan telah berkomunikasi dengan Bibit Rustamta.

"Itu dulu mencari tanah ketemu di tempat Pak Bibit (TRY)," ungkapnya.

Triono menyebutkan bahwa Mbah Tupon hanya membubuhkan tanda tangan sekali di rumahnya, yang diperlukan untuk proses pecah sertifikat tanah.

Ia juga menambahkan bahwa TRY yang menghubungkannotaris Anhar Rusli kepada Mbah Tupon, meskipun ia sendiri tidak mengenal Anhar Rusli.

"Tiba-tiba anak Mbah Tupon bawa fotokopi sertifikat. Saya tahu istilahnya peralihan hak notarisnya itu, makanya saya kejar saya cari itu," jelasnya.

Triono menuduh TRY, Notaris Anhar Rusli, dan IF sebagai bagian dari sindikat mafia tanah.

"Sindikat semua, makanya saya dan Pak Bibit ikut ke Polda," tambahnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya bersama warga sekitar pernah menemui Anhar Rusli untuk mempertanyakan proses pengalihan nama tersebut.

"Saya temui (Anhar Rusli), kok bisa kamu mengalihkan nama. Mbah Tupon tidak kenal IF, kok kamu bisa ada kata jual beli, itu tanda tangan di mana, menerima uangnya kapan, itu kan butuh pembuktian. Dia (Anhar) gak bisa jawab," tuturnya.

Kasus ini kini tengah ditangani oleh pihak kepolisian, dan Mbah Tupon berharap keadilan segera ditegakkan.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/04/28/194905878/mbah-tupon-kasus-mafia-tanah-di-yogyakarta-dan-proses-hukumnya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com