Salin Artikel

170 Warga Keracunan Usai Hajatan, Dinkes Sleman: Ada Bakteri Berbahaya dalam Makanan

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Penyebab keracunan makanan yang menimpa warga di Krasakan, Lumbungharjo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman akhirnya terungkap.

Hasil pengujian sampel makanan di laboratorium menunjukkan adanya kontaminasi bakteri.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama mengungkapkan bahwa pengujian terhadap seluruh makanan yang dikonsumsi warga telah dilakukan.

Dari pemeriksaan tersebut, ditemukan sejumlah bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.

"Dari hasil pemeriksaan sampel makanan tersebut, beberapa ditemukan adanya cemaran Salmonella sp., Bacillus cereus, dan Escherichia coli," ujar Cahya saat dihubungi, Jumat (14/02/2025).

Meskipun tidak merinci makanan mana saja yang terkontaminasi, Cahya memastikan bahwa bakteri tersebut menjadi penyebab utama kasus keracunan yang terjadi.

170 Orang Keracunan, 6 Masih Dirawat

Cahya mengungkapkan bahwa total warga yang mengalami keracunan makanan mencapai 170 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar telah pulih, namun masih ada enam orang yang menjalani perawatan di rumah sakit.

"Sampai saat ini tinggal 6 orang yang masih menjalani rawat inap, sedangkan yang lain sudah dinyatakan sembuh," pungkasnya.

Keracunan Diduga Akibat Hidangan Hajatan Pernikahan

Sebelumnya, ratusan warga mengalami keracunan usai menyantap makanan dalam acara hajatan pernikahan di Krasakan, Lumbungharjo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman.

Kepala Puskesmas Tempel, Kabupaten Sleman, Diana Kusumawati, menyatakan bahwa jumlah warga yang mengalami gejala keracunan terus bertambah sejak kejadian pertama.

Para korban diketahui menghadiri acara pernikahan yang juga dihadiri oleh tamu dari luar daerah, termasuk dari Muntilan, Jawa Tengah.

"Acaranya sama. Cuma kalau tamunya kan ada beberapa, bukan hanya dari sini saja. Ada yang dari Muntilan, ada keluarga dari pihak hajatan juga," ujar Diana saat ditemui di Posko Krasakan, Lumbungharjo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman, Minggu (9/02/2025).

Diana menjelaskan bahwa mayoritas warga mengalami diare dan demam, dengan beberapa mengalami kondisi yang lebih serius.

"Yang paling banyak adalah diare. Jadi yang sudah agak berat, diare sama demam. Karena diare itu jadinya lemas," ungkapnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2025/02/14/144658978/170-warga-keracunan-usai-hajatan-dinkes-sleman-ada-bakteri-berbahaya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com