Salin Artikel

100 Hektar Lahan "Tidur" Jadi Sawah di 3 Kabupaten DIY, Ini Tujuannya

KULON PROGO, KOMPAS.com – Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengembangkan sekitar 100 hektar lahan pertanian di tiga kabupaten, yaitu Sleman, Bantul, dan Kulon Progo, sejak pertengahan 2024.

Lahan-lahan yang sebelumnya tidak produktif ini kini telah diubah menjadi sawah yang dapat menghasilkan padi.

Kapolda DIY, Inspektur Jenderal Polisi Suwondo Nainggolan menyampaikan bahwa saat ini mereka telah memasuki musim tanam kedua.

"Ini merupakan langkah berkelanjutan. Saat ini adalah penanaman kedua setelah kita panen pada September 2024," ujar Suwondo dalam acara tanam padi tahap II di bulak sawah Nglatek, padukuhan Sidorejo, Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, Rabu (20/11/2024).

Suwondo menekankan bahwa dukungan Polri terhadap program ketahanan pangan merupakan bagian dari inisiatif pemerintah.

"Lahan ini digunakan untuk ketahanan pangan, sehingga jika musim panas global datang dan panen menyusut, kita masih memiliki lahan tambahan untuk menjaga ketahanan pangan di DIY," jelasnya.

Di Sleman, lahan tidak produktif karena kekurangan air irigasi, sementara di Bantul, sawah dibangun di lokasi yang sebelumnya beralih fungsi menjadi tambang, di mana gulma masih menjadi tantangan.

Di Kulon Progo, lahan pertanian di atas pasir Galur hampir tidak produktif dan memerlukan penanganan khusus terkait gulma dan keasaman tanah.

Pelaksanaan pertanian dilakukan oleh kelompok tani lokal.

"Ini adalah lahan yang tetap dikerjakan oleh kelompok tani," kata Suwondo.

Pemerintah dan aparat berperan dalam mendukung petani, memberikan fasilitasi dan nasihat di luar kemampuan kelompok tani.

Penanaman awal dilakukan pada Juni 2024, dan setelah panen raya pada September 2024, Polri kembali mendorong penanaman pada November ini.

Di Kulon Progo, baru 9,7 hektar dari total 30 hektar lahan yang ditanami, dengan hasil gabah mencapai empat ton per hektar.

Di Bantul, 8,62 hektar lahan ditanami, menghasilkan tujuh ton meskipun masih menghadapi masalah gulma.

Suwondo juga mengungkapkan hasil panen di Sleman yang sangat menggembirakan.

"Petani di Sleman menghasilkan delapan ton per hektar, dan setelah dikelola, mereka mendapatkan Rp 1,5 miliar oleh 53 keluarga. Masing-masing keluarga menerima Rp 28 juta, dan setelah dikurangi 30 persen, mereka mendapatkan sekitar Rp 6 juta per bulan," jelasnya.

Sebagai bagian dari inisiatif ini, Polda DIY juga membangun 2 hektar demplot di Sleman, bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan perusahaan teknologi.

Mereka menguji coba metode tanam yang memungkinkan tiga kali panen dalam setahun, dengan hasil yang bervariasi.

"Kita mencari mana yang paling efisien dari segi biaya yang dikeluarkan petani untuk menanam padi di sawah yang dikelola," tutup Suwondo.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/11/20/194408578/100-hektar-lahan-tidur-jadi-sawah-di-3-kabupaten-diy-ini-tujuannya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com