YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Bidang Ilmu Geomorfologi Fakultas Geografi UGM, Prof. Eko Haryono, menyatakan bahwa berdasarkan kajian awal, goa yang terletak di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) wilayah Planjan, Saptosari, kemungkinan tidak dapat digunakan untuk wisata massal.
"Kalau dimasuki dalam konteks CO2, ketersediaan oksigen aman. Namun, daya dukungnya sepertinya tidak bisa untuk wisata massal karena terbatas," kata Eko saat dihubungi melalui telepon, Kamis (24/10/2024).
Eko menjelaskan bahwa ketersediaan oksigen di dalam goa masih aman, dengan tingkat konsentrasi CO2 yang terukur sekitar 800 part per million (ppm) hingga 900 ppm.
Untuk mengatasi keterbatasan akses, pihaknya telah menyiapkan pemindaian tiga dimensi yang dapat dilihat secara virtual.
Dengan cara ini, pengunjung tidak perlu masuk ke dalam goa.
Video yang dihasilkan dari pemindaian tersebut akan dipamerkan di museum atau pameran.
"Kami sudah melakukan orientasi goa pada Rabu (23/10/2024), dan hari ini dilakukan pengukuran secara menyeluruh. Sekarang baru sehari penuh diukur luasannya, dan ada celah sempit yang tidak bisa dimasuki. Namun, kami juga akan mengukur kedalaman celah tersebut menggunakan scanner laser," ucapnya.
Eko menambahkan bahwa stalaktit dan stalagmit di dalam goa masih aktif.
Dari pengamatannya, ruang-ruang di dalam goa relatif luas, meskipun terdapat cekungan berisi air yang terkumpul akibat tetesan dari stalaktit.
"Di dalam itu rapat sekali stalaktit dan stalagmitnya. Kami masuk kemarin dan melihat ada yang kotor dan patah. Mungkin ketika warga masuk pertama kali, mereka tidak sengaja menyundul atau menginjaknya," jelas Eko.
https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/10/24/152104478/soal-penemuan-goa-di-jjls-gunungkidul-aman-tapi-tidak-cocok-untuk-wisata