Salin Artikel

150 Pemburu Dikerahkan Atasi Tikus Perusak Padi, Ditargetkan 1.000 Ekor

KULON PROGO, KOMPAS.com – Sekitar 150 orang bersenapan dikerahkan untuk memberantas tikus yang merusak sejumlah bulak sawah di Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mereka mempersenjatai diri dengan senapan angin kaliber kecil dalam upaya memburu hewan pengerat yang menjadi ancaman bagi hasil pertanian.

Pemerintah desa membuka kesempatan bagi ratusan pemburu ini setelah beberapa bulak sawah mengalami kerusakan parah, bahkan ada yang gagal panen.

“Lima hektar yang banyak mengalami gagal panen hingga kerugian bagi petani,” ungkap Warudi, Lurah Banjararum, sebelum melepas para pemburu pada Sabtu (5/10/2024) sore.

Serangan tikus menjadi tantangan serius bagi masyarakat Banjararum yang mengandalkan pertanian.

Musim tanam lalu, banyak padi yang rusak akibat serangan hewan pengerat ini. Tikus merusak tanaman dengan cara memotong tunas muda dan memakan padi.

Mereka biasanya beroperasi pada malam hari, mulai dari pukul 18.30 WIB hingga 21.00 WIB, dan kembali aktif antara pukul 01.00 hingga 04.00 WIB.

Akibat serangan ini, banyak tanaman padi yang tidak dapat tumbuh optimal.

Petani terpaksa menyemai ulang, yang menyebabkan biaya produksi meningkat dan menambah kerugian.

Di Banjararum, terdapat 367 hektar sawah yang tersebar di beberapa bulak, di antaranya Ngipik, Dekso, Semakin, Kedondong, dan Tegal.

Warudi mencatat, sekitar 15 hektar sawah terdampak serangan hama, termasuk tikus, yang menyebabkan hampir lima hektar gagal panen.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah desa menggelar acara Rat Hunter atau berburu tikus yang terbuka untuk umum.

Berbagai komunitas menembak dan masyarakat diundang untuk berpartisipasi dalam pengendalian populasi tikus.

Setiap tikus yang berhasil ditangkap dihargai Rp 4.000.

“Kami menargetkan 1.000 tikus hari ini,” tambah Warudi.

Para pemburu datang dari berbagai daerah, termasuk Jawa Tengah dan DIY, seperti Karang Sambung di Kebumen, Wonosari, Kota Yogyakarta, Boyolali, hingga Klaten.

Mereka bergerak ke beberapa bulak yang memiliki luas hingga 30 hektar.

Salah seorang pemburu, Iswanto (33) asal Srumbung, Kabupaten Magelang, mengaku kesulitan berburu tikus di persawahan. Ia baru berhasil menangkap dua tikus dalam setengah jam.

“Kemarin di Sleman, saya dapat delapan tikus dalam satu sesi. Kali ini baru dua,” ujarnya.

Sementara itu, Riwanto (47) mengaku bahwa berburu tikus merupakan hobi sekaligus cara untuk membantu petani.

“Yang penting senang dan bisa membantu para petani,” kata Riwanto.

Ia datang bersama tujuh teman dari Magelang dan tiga dari Sleman sebagai bagian dari komunitas pemburu.

Riwanto menyiapkan senapan angin PCP kaliber 4.5 mm untuk perburuan kali ini.

Ia menyatakan bahwa perburuan tidak mudah karena tikus sangat sensitif dan cepat bersembunyi.

“Lubangnya ada di galangan sawah. Cukup sulit mengejar mereka,” tutup Riwanto.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/10/06/062935778/150-pemburu-dikerahkan-atasi-tikus-perusak-padi-ditargetkan-1000-ekor

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com