Salin Artikel

Perbedaan Harga Daging Ayam Capai Rp 6.000 Picu Konflik Antar-Pedagang di Gunungkidul

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Perbedaan harga jual daging ayam potong yang signifikan antar penjual memicu konflik di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Ada pedagang pasar menjual daging ayam seharga Rp 30.000 sampai Rp 32.000 per kilogram, sementara kelompok lain menjualnya seharga Rp 26.000 per kilogram.

Perbedaan harga hingga Rp 6.000 ini membuat sejumlah pedagang daging ayam dari berbagai Kapanewon di Gunungkidul berunjuk rasa di lapak pedagang ayam yang ada di Kalurahan Ngawu, Kapanewon Playen, Rabu (2/10/2024).

Mereka menuntut keadilan harga di tengah persaingan yang ketat.

Tri Yulianto, Pengurus Kelompok Pedagang Daging Ayam Gunungkidul menyatakan bahwa sekitar 50 pedagang dari berbagai wilayah seperti Kapanewon Wonosari, Ponjong, Semin, Playen, dan Gedangsari ikut serta dalam demonstrasi tersebut.

Aksi ini dipicu oleh selisih harga daging ayam yang mencapai Rp 6.000.

"Jika selisih cuma Rp 1.000, tidak apa-apa. Saat ini (selisih harga) sudah menyentuh Rp 6.000," kata Tri dihubungi via telepon, Rabu.

Tri mengatakan, upaya pedagang pasar untuk menggelar pertemuan dengan Dinas Perdagangan dan DPRD Gunungkidul belum membuahkan hasil karena tidak ada titik temu.

Tri berharap ada solusi agar tidak ada pihak yang saling merugikan.

"Ayam pedaging kami, kelompok, dari lokalan Gunungkidul saja," tambahnya.

Sementara pedagang lain, Kelik menjelaskan bahwa ia telah menandatangani kesepakatan dengan para pedagang yang melakukan protes.

Ia menegaskan bahwa konflik tersebut telah berakhir.

"Sudah selesai, tadi sudah menyepakati," kata Kelik saat dihubungi melalui telepon, Kamis (3/10/2024) petang.

Kelik menjual daging ayam dengan harga Rp 26.000 per kilogram, berdasarkan harga ayam hidup dari supplier rumah pemotongan hewan.

Setelah menandatangani kesepakatan, saat ini ia menjualnya dengan harga Rp 27.000 per kilogram.

"Memang penjualan sedang sepi. Kalau normal bisa menjual 500 kilogram, turun 30 persen, jadi kami pun sepi," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yuliantoro menyatakan bahwa pihaknya tidak memiliki wewenang untuk menetapkan harga standar daging ayam potong.

Menurutnya, harga daging ayam mengikuti mekanisme pasar.

"Tidak dapat mempertemukan pihak yang berkonflik, nanti malah tidak ketemu," ujarnya.

Kelik juga menjelaskan bahwa perbedaan harga tidak hanya terjadi di Gunungkidul, tetapi juga di daerah lain.

Oleh karena itu, kebijakan akan berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY.

"Harga daging ayam memang tidak ada standar harga yang ditentukan pemerintah. Mengenai permasalahan ini, kami sudah sampaikan ke Disperindag DIY," tutupnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/10/03/194257778/perbedaan-harga-daging-ayam-capai-rp-6000-picu-konflik-antar-pedagang-di

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com