Salin Artikel

Belasan Tahun Terisolasi Saat Hujan, Kini Warga Kedungwanglu Gunungkidul Bisa Tersenyum

Beberapa warga dan anak-anak sekolah yang sedang beristirahat terlihat menyaksikan ekskavator yang tengah bekerja.

Antusiasme mereka sangat beralasan.

Pasalnya, sejak belasan tahun lalu, setiap musim hujan, mereka harus berjuang mempertaruhkan nyawa untuk beraktivitas keluar-masuk dari Padukuhan Kedungwanglu.

Mereka terpaksa menerjang banjir melewati jembatan crossway yang sering terendam air.

Lima RT yang terdiri dari RT 3, 4, 5, 6, dan 7 di Padukuhan Kedungwanglu terisolasi karena Sungai Prambutan meluap dan menenggelamkan jembatan tersebut setiap musim penghujan.

"Alhamdulillah, Mas, pembangunan jembatan sudah mulai berjalan. Semoga ke depan kita tidak perlu lagi menyebrang saat banjir," ungkap salah seorang warga Kedungwanglu, Munadzar Abror, pada siang itu.

Dibangun dengan dana keistimewaan DIY

Sebagai seorang guru, Munadzar hampir setiap musim hujan harus menggendong murid-muridnya untuk menyebrang jembatan crossway.

Namun, beberapa bulan ke depan, aktivitas tersebut akan menjadi kenangan, karena proses pembangunan jembatan direncanakan selesai pada akhir tahun ini.

"Sebelum gempa 2006, warga harus melewati perbukitan dengan jalan setapak dan baru kemudian menyebrang ke kampung sebelah," ujar Munadzar.

Video-video yang merekam keadaan Padukuhan Kedungwanglu saat musim hujan pun menjadi viral.

Warga telah berusaha berkomunikasi dengan pihak Kalurahan Banyusoco untuk membangun jembatan, namun hasilnya belum memuaskan.

Baru pada awal 2024, harapan muncul ketika pemerintah berencana membangun jembatan tersebut, yang disambut dengan antusiasme luar biasa dari warga.

Bahkan, beberapa di antara mereka merelakan tanahnya tanpa meminta ganti rugi.

Semua pengerjaan dilakukan oleh provinsi

Salah satu bidang tanah milik adik Munadzar menjadi salah satu lokasi yang direlakan untuk pembangunan jembatan di sisi utara crossway.

"Dari yang saya tahu, jembatan ini dibangun menggunakan dana keistimewaan," tambah Munadzar.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, Rakhmadian Wijayanto, menjelaskan bahwa pembangunan jembatan direncanakan menggunakan anggaran keistimewaan DIY, dan pengerjaannya diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Iya, semua pengerjaan dilakukan oleh provinsi," ujar Rakhmadian.

Sebelumnya, dia juga menyebutkan spesifikasi jembatan yang akan dibangun.

Jembatan tersebut direncanakan sepanjang 48 meter, lebar perkerasan aspal 4 meter, serta dilengkapi trotoar di samping kanan dan kiri masing-masing 1 meter.

Tinggi jembatan dari muka air eksisting diperkirakan mencapai 6 meter.

Dengan hadirnya jembatan baru ini, diharapkan mobilitas warga Kedungwanglu tidak lagi terhambat oleh banjir di masa depan.

Kini, senyum harapan mulai menghiasi wajah masyarakat yang sebelumnya terisolasi.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/10/01/140453278/belasan-tahun-terisolasi-saat-hujan-kini-warga-kedungwanglu-gunungkidul

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com