KULON PROGO, KOMPAS.com – Langit terang secerah hati warga Padukuhan Soropati, Kalurahan Hargotirto, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin.
Mereka gembira menyaksikan gadis asal Dusun Soropati menembus kejuaraan dunia sekelas Paralimpiade Paris 2024.
Qonitah Ikhtiar Syakuroh (23), gadis asal Bukit Menoreh ini menyabet medali perak di cabang badminton tunggal putri pada kategori woman single standing lower (WS SL) 3, sedangkan emas direbut Xiao Zuxian asal China.
“Qonitah bisa bertahan sampai saat ini. Meski belum yang tertinggi, kami orangtua sangat puas atas usahanya. Dari awal Qonitah sudah bersusah payah untuk meraih nomor satu,” kata Taufik (52), ayah dari Qonitah, Senin (2/9/2024).
Partai final batminton WS SL 3 di Paris ini merupakan pertemuan antara peringkat satu dan peringkat dua dunia versi BWF Para. Xiao yang ranking dua dunia menang 14-21 dan 20-22 atas Qonitah.
Pertandingan kedua pebulu tangkis mudah sekali ditonton bahkan dari belahan dunia.
Karenanya, meski tidak bisa ke Perancis, warga bisa memberi dukungan sambil menonton live streaming.
Nonton bareng warga kampung
Taufik mengemas bangunan PAUD Taoge di depan rumahnya yang dijadikan arena nonton bareng. Taufik meletakkan televisi layar datar 21 inchi yang dipinjam dari tetangga, juga loud speaker.
Tontonan yang sinyal internetnya byarper atau kadang-kadang mati itu dimulai sejak pukul 13.30 WIB.
Puluhan warga Soropati berkumpul di sana, duduk beralaskan tikar, ketika menyaksikan warga mereka di televisi sedang berlaga.
Keriuhan bergema di ruangan begitu kamera menyorot soso Qonitah. Kemudian, tepuk tangan, sorak sorai, teriak takut, keluh gemas, silih ganti terdengar di dalam ruang PAUD ini. Mereka tidak kecewa meski Qonitah tidak memetik emas.
Bahkan, warga yang hadir menutup nobar dengan makan bakmi goreng bersama.
“Alhamdulilah. Tidak menyangka saja, seorang anak dari pegunungan dengan fisik seperti itu bisa ikut event dunia. Bersyukur alhamdulilah,” kata Rumini, ibu dari Qonitah.
Qonitah gadis mungil kelahiran Kulon Progo 2001. Ia bertanding di WS SL 3.
Pada nomor tersebut, atlet bertanding setengah lapangan.
SL 3 adalah klasifikasi untuk atlet dengan keterbatasan pada salah satu atau kedua kaki yang membuat hilang keseimbangan baik saat berjalan maupun berlari.
Qonitah memiliki keterbatasan pada kedua kakinya. Ia berdiri dengan punggung kaki sehingga tidak bisa berjalan dengan normal.
Sejak lahir, dia menderita Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) atau kaki pengkor yang membuat dirinya tidak bisa dengan mudah melangkah maju, mundur, apalagi ke samping. Selain itu, mudah sekali kaki saling terbentur saat melangkah.
Penyuka mi ayam ini mulai bersinar sejak mengenal bulu tangkis pada masa sekolah dulu. Ia sering ikut kompetisi. Berbagai macam kejuaraan nasional dan internasional disabet dari bulu tangkis. Medali dan piala dikoleksinya dalam sebuah lemari dalam ruang tamu rumah Taufik di Soropati.
Hingga akhirnya mengikuti pemusatan latihan di Surakarta. Alhasil, ia berhasil mencapai final di Paralimpik.
Semua berkat doa dan usaha. Rumini menceritakan, Qonitah setiap saat meminta dukungan ayah dan ibunya lewat obrolan HP. Sesekali ada muncul emoji “kangen” untuk ibunya. Sebelum bertanding, ia selalu berpesan meminta restu dan doa.
“Dia selalu telepon. Minta doa. Doain mau tanding. Begitu terus. (Dia juga selalu menelepon) setelah selesai bertanding,” kata Rumini.
Benar saja, Qonita mengabarkan keberhasilannya menembus puncak Paralimpik. Ia menelepon Rumini tidak lama usai pertandingan.
Qonita yang sempat diwawancara via panggilan video mengaku sangat bersyukur dan senang bisa bertanding di Paralimpiade. Ia merasakan suasana perjuangan yang luar biasa hingga sampai ke final.
“Saya bermain enjoy, tenang, dan percaya diri berserah diri karena hasil akhir Tuhan yang menentukan,” kata Qonitah.
Namun, akhirnya ia harus mengakui keunggulan Xiao.
“Mungkin karena saya kurang siap menerima bolanya saja, meski sebenarnya saya yakin,” kata Qonita kepada wartawan via panggilan video.
https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/09/03/051000578/qonitah-atlet-badminton-asal-bukit-menoreh-sabet-medali-perak-di