Salin Artikel

Pria di Yogyakarta Dianiaya hingga Tewas, Pelaku Samarkan Penganiayaan dengan Kecelakaan Lalu Lintas

Kasatreskrim Polresta Yogyakarta Kompol Probo Satrio mengatakan, kasus ini awalnya dibuat skenario seolah-olah kecelakaan.

 

"Jadi perkara ini awalnya dibuat skenario seolah-olah kecelakaan lalu lintas tapi dalam perkembangannya kita lakukan penyelidikan ternyata ini terjadi pengeroyokan," ujar Probo, Jumat (23/8/2024).

 

Probo menuturkan, kronologis kejadian bermula pada Sabtu (17/8/2024) pukul 08.00 WIB. Pada saat itu, ayah korban mendapatkan kabar bahwa anaknya yang berinisial F sedang dalam keadaan kritis di RS Bethesda.

 

 

Kemudian, ayah korban menuju ke RS Bethesda untuk mengecek dan diketahui bahwa F berada di ruang IGD.

"Setelah pelapor (ayah korban nama Mugiyarta) bertemu dokter, dijelaskan bahwa korban saat itu diantar oleh orang tidak dikenal, dan orang yang tidak dikenal tersebut mengatakan bahwa terjadi kecelakaan lalu lintas," ujar Probo.

Probo menuturkan, setelah mengantar korban orang, tak dikenal lalu meninggalkan rumah sakit.

"Jadi hanya mengatakan bahwa terjadi kecelakaan lalu lintas kemudian dibawa dan yang mengantar itu mengatakan kecelakaan lalu lintas terjadi di Embung Langensari. Dan pelapor diberitahu oleh dokter bahwa HP korban juga tidak ada," ujar Probo.

Selanjutnya pada hari Minggu, satu hari kemudian pukul 12 siang karena keadaan korban semakin kritis kemudian dipindahkan ke ruang ICU.

Ayah korban mendapat penjelasan dari dokter bahwa korban mengalami luka pukulan benda tumpul di bagian kepala belakang sebelah kiri dan bekas sulutan rokok di wajah. Serta di atasnya terdapat jahitan, ini mungkin luka lama. 

"Pelapor lalu merasa curiga dengan luka yang diderita oleh korban. Kemudian pelapor berinisiatif melapor ke Polresta kemungkinan itu bukan karena kecelakaan," bebernya.

Probo mengatakan, setelah adanya laporan tersebut Polsek Gondokusuman dan bagian lalu lintas melakukan pengecekan ke Embung Langensari. Hasilnya, tidak ada tanda-tanda kecelakaan. 

"Kemudian petugas juga setelah melakukan pengecekan ke rumah sakit, kami mempelajari CCTV yang ada di rumah sakit, kemudian dari hasil CCTV itu kami kembangkan. Akhirnya kami bisa mengetahui bahwa orang-orang yang mengantar korban ke RS bisa kami ketahui identitasnya," ujar dia.

Probo menuturkan, saat ke rumah sakit petugas kepolisian memeriksa motor milik F diketahui motor mengalami kerusakan bukan karena kecelakaan tetapi dirusak oleh salah satu pelaku agar terkesan terjadi kecelakaan.

"Itu dirusak di TKP, TKP ada di MU Futsal di Jalan Kusumanegara, itu dirusak sepeda motor itu biar seolah terjadi kecelakaan," kata Probo.

"Korban dari sana MU Futsal itu dibawa ke rumah sakit Lempuyangwangi, jadi tidak ditaruh di jalan tapi dibawa ke rumah sakit, dan dikatakan kepada dokter bahwa ini terjadi kecelakaan," jelas Probo.

Kemudian, dari Satreskrim Polresta Yogyakarta melakukan olah TKP di MU futsal, sampai di sana ditemukan beberapa barang bukti di antaranya di kamar tempat terjadinya penganiayaan itu ada karpet yang masih ada noda darah, kemudian ember dan gayung tertutup untuk mencuci muka korban dan pakaian para pelaku.

"Selanjutnya, dari bukti-bukti itu kita bisa melakukan penangkapan sebanyak 9 orang, yang sebetulnya dari pemeriksaan terhadap 9 orang ini, pelaku semuanya ada 15 orang," beber dia.

Pelaku yang berhasil diamankan adalah inisial GRS, YA, SP, SA, RA, NG, YD, FA, dan AD.

"Kita masih melakukan pencarian terhadap 6 orang lainnya. Berdasarkan keterangan 9 tersangka ini kita sudah diketahui identitasnya, cuma setelah kita sisir rumahnya, kos-kosannya, dia sudah kabur duluan," ujar dia.

Pelaku yang masih dalam pencarian inisialnya yaitu DN, WS, EW, LZ, GL, dan DT.

Pasal yang disangkakan pertama adalah Pasal 340 dan 365 dengan ancaman hukuman maksimal mati atau seumur hidup.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/08/23/155909678/pria-di-yogyakarta-dianiaya-hingga-tewas-pelaku-samarkan-penganiayaan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com