Salin Artikel

Upacara Bendera Unik di Yogyakarta, Peserta Pakai Seragam Veteran dan Menggunakan Sepeda Ontel

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Upacara bendera peringatan HUT ke-79 RI digelar secara unik di Ndalem Pakuningratan, Kota Yogyakarta, 17 Agustus 2024.

Pasalnya, para peserta upacara menggunakan kostum veteran, baju adat jawa, sedangkan perempuan mengenakan kebaya.

Keunikan tak hanya pada kostum yang mereka kenakan, tetapi setiap peserta upacara bendera kali ini membawa sepeda lawas atau dikenal dengan sepeda ontel.

Pagi hari, para peserta sudah memarkirkan sepedanya dengan bentuk leter L.

Di samping sepeda ontel pemilik berjejer bersiap untuk menggelar upacara bendera.

Pada upacara HUT ke-79 RI ini para pecinta sepeda ontel mengangkat tema "Djogja-ku Resik, Ngonthel-ku Becik".

"Yang mengadakan (upacara bendera) dari Paguyuban Onthel Djogjakarta Podjok," ujar Ketua Podjok, Muntowil, saat ditemui di lokasi, Sabtu (17/8/2024).

Muntowil mengatakan, upacara bendera ini sebagai bentuk kebersamaan para pecinta sepeda ontel di Yogyakarta dalam memperingati kemerdekaan RI.

"Dengan sepeda pun bisa mengadakan suatu bentuk upacara sebagai mengisi arti kemerdekaan ini," ucap dia.

Para peserta yang datang menunggangi sepeda ontel ini menggunakan berbagai macam seragam unik seperti seragam veteran, abdi dalem, sedangkan peserta perempuan menggunakan kebaya.

"Ada kostum pejuang, abdi dalam, putri berkebaya, dan banyak lagi. Ada yang pakai sarung. Ruhnya adalah semangatnya," beber dia.

Para peserta upacara untuk mendapatkan seragam-seragam unik selain membeli juga ada yang mendapatkan warisan langsung dari pejuang.

"Saya sendiri dapat pakaian ini bekas," ucap dia.

Paguyuban Podjok sudah menggelar upacara kemerdekaan sebanyak 19 kali dari tahun ke tahun peserta juga meningkat.

Setelah upacara bendera dilakukan mereka berkeliling Kota Yogyakarta menyambangi lokasi-lokasi bersejarah.

"Tempat bersejarah sangat banyak di Yogyakarta," kata dia.

Peserta upacara tidak hanya berasal dari Kota Yogyakarta, namun juga ada ada pesepeda dari Banyuwangi, Jawa Timur.

Pesepeda asal Banyuwangi yakni Nanang, mengayuh sepeda ontelnya dari Banyuwangi menuju Kota Yogyakarta.

Ia berangkat dari tanggal 9 Juli, menurut dia jalur yang ia lewati tergolong ekstrem. Nanang, melewati jalur selatan Jawa, yang anginnya kencang. Ditambah saat dirinya harus melawan angin.

Nanang menyampaikan untuk menyiasati angin dengan cara mengayuh dengan santai lalu juga menggulung bendera yang ada di belakang sepedanya.

"Kebetulan pas masuk ke sini ada upacara, lalu diajak ke sini. Kemarin dari Banyuwangi gowes ke Tangerang lalu pulang mampir Yogyakarta pas ada upacara," ujar dia.

"Kemarin ada acara di Pekalongan, terus ke Tangerang. Ini pas mau pulang (melintas Yogyakarta)," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/08/17/113108878/upacara-bendera-unik-di-yogyakarta-peserta-pakai-seragam-veteran-dan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com