Salin Artikel

Pasca-pandemi Covid-19 Angka Pengangguran Terbuka di Kota Yogyakarta Masih Tinggi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah berlalu 2 tahun lalu, namun dampak pandemi masih dirasakan di Kota Yogyakarta.

Dampak yang paling terasa dari pandemi ini adalah tingkat pengangguran terbuka di Kota Pelajar terbilang masih sangat tinggi.

Plt Sekretaris Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta Erna Nur Setyaningsih, mengatakan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran terbuka di Kota Gudeg ini mencapai 6,07 persen.

Namun, saat pandemi Covid-19, terjadi lonjakan hampir dua kali lipat jika dibanding sebelum pandemi.

Angka tersebut, lanjut dia, melonjak hampir dua kali lipat jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 melanda.

"Setelah pandemi sudah ada penurunan, dari 13 sekian persen perlahan bisa turun," kata dia.

Ia berharap, pada tahun 2024, angka pengangguran terbuka di Kota Yogyakarta dapat turun lagi.

Pemkot Yogyakarta menargetkan angka pengangguran terbuka di Kota Yogyakarta dapat kembali sebelum pandemi di angka 3 sampai 4 persen.

"Sekarang masih di 6 persen, itu masih sangat jauh, minimal bisa sama seperti sebelum pandemi," kata dia.

Namun, untuk menurunkan angka pengangguran terbuka untuk saat ini tidak mudah.

Mengingat saat ini sedang terjadi fenomena badai pemutusah hubungan kerja (PHK) yang terjadi di Indonesia.

"Kota Yogyakarta bukan daerah industri. Jadi sampai sejauh ini (PHK) belum signifikan, ada tapi tidak setinggi daerah lain," ujar dia.

Erna menuturkan, Kota Yogyakarta terbantu dengan banyaknya Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM), sehingga dengan adanya dua sektor ini cukup banyak menyerap tenaga kerja.

"Itu sangat menolong (UMKM). Di satu sisi, kami juga ada program Tenaga Kerja Mandiri (TKM), dengan beragam pelatihan di dalamnya," beber Erna.

Erna menuturkan, program TKM yang diadakan oleh Pemkot Yogyakarta dapat mendampingi 5-6 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 20 orang.

Bentuk dari pendampingan tidak dengan cara memberikan modal atau peralatan namun memberikan motivasi, dan pelatihan pemasaran digital di media sosial.

Program tersebut dilakukan selama 7 hari.

"Selain mendapat pendampingan, mereka kami akseskan juga dengan program pusat untuk Bizhub-nya," kata dia.

Ke depan diharapkan kelompok yang ikut dalam program TKM dapat mengakses bantuan dari pemerintah pusat, terutama soal permodalan yang belum dapat difasilitasi oleh pemerintah.

"Harapan kami, TKM itu bisa muncul di kantong-kantong pengangguran, supaya tenaga kerja yang ada bisa terserap," pungkas dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/08/15/193025078/pasca-pandemi-covid-19-angka-pengangguran-terbuka-di-kota-yogyakarta

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com