Salin Artikel

Pembangunan Tol Jogja-Solo Terkendala Pembebasan Lahan, Salah Satunya Makam Mbah Celeng

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan jalan Tol Yogyakarta-Solo paket 2.2 mengalami perlambatan akibat masih ada lahan yang belum dibebaskan.

"Pembangunan Tol Yogya-solo paket 2.2 menyisakan beberapa pekerjaan yang belum bisa dilaksanakan dikarenakan kehabisan lahan yang belum dibebaskan," ujar Humas Proyek Tol Yogyakarta - Solo Paket 2.2 PT Adhi Karya Agung Murhandjanto dalam keterangan tertulis, Senin (30/07/2024).

Agung menyampaikan beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan salah satunya box culvert. Dari target 20 buah, tersisa satu box culvert yang belum dapat diselesaikan.

"Menyisakan satu yang belum dikerjakan karena lahan yang belum bebas lokasi tersebut terletak tepat di makam Kyai Kromo ijoyo (makam Mbah Celeng)," tuturnya.

Makam tersebut seluruhnya terdampak pembangunan jalan Tol Yogya - Solo paket 2.2.

Rencananya makam tersebut akan direlokasi ke tempat lain. Namun lokasi relokasi masih menunggu izin dari dinas.

"Masih menunggu izin kesusaian tata ruang dari Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Sleman untuk lokasi pengganti makam," tuturnya.

Selain itu, pengerjaan borepile juga belum semuanya dapat dilaksanakan karena masih ada lahan yang belum dibebaskan.

Pekerjaan borepile dari target 536 titik untuk pekerjaan at grade atau non-elevated baru bisa dilaksanakan 424 titik.

"Permasalahannya karena lahan yang akan digunakan masih belum bebas dan ada tiga makam umum yang belum bisa direlokasi yang akan digunakan untuk lokasi pekerjaan borepile," tandasnya.

Menurut Agung permasalahan dari pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan Tol Yogyakarta- Solo paket 2.2 tersebut antara lain untuk tanah hak milik warga karena masih adanya masalah administrasi.

Mulai dari sertifikat tanah digunakan di bank sehingga untuk pembayarannya harus melalui mekanisme konsinyasi di Pengadilan Sleman.

Kemudian ada juga masalah waris yaitu salah satu ahli waris yang belum bisa diketemukan. Ada juga sertifikat tanah yang belum ditemukan oleh pemilik lahan. Sehingga saat akan dilakukan pembayaran gagal dan akan diulangi lagi untuk pembayaran berikutnya.

Agung mengungkapkan untuk tahan Sultan Ground (SG) permasalahnya baik bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah tersebut sampai saat ini belum ada pembayaran ganti ruginya.

"Harus menunggu sampai dilakukan pembayaran untuk “tegakan” (bangunan dan tanaman) yang ada diatas tanah SG tersebut," ucapnya.

Fasilitas umum yang terdampak jalan Tol Yogyakarta - Solo dan belum direlokasi ada empat makam, satu bangunan sekolah dasar dan dua bangunan masjid. Saat ini lanjut Agung proses relokasi dari fasilitas umum tersebut masih tengah berlangsung proses adminitrasinya.

Dijelaskan Agung, makam umum masih berproses di Dinas Pertanahan dan tata Ruang Kabupaten Sleman untuk mendapatkan ijin kesesuaian tata ruang untuk calon tanah pengganti.

"Bangunan sekolah SD proses administrasi relokasinya masih berproses di Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. Bangunan masjid proses relokasi izin nya masih berproses di Kantor Urusan Agama," ungkapnya.

Agung menuturkan pekerjaan timbunan tanah untuk pembangunan jalan tol Yogyakarta- Solo paket 2.2 sudah terlaksana 70 persen. Masih menyisakan 30 persen pekerjaan timbunan tanah urug di lokasi yang belum dibebaskan.

Sementara progres fisik struktur jembatan atau junction di area Padukuhan Simping, Kalurahan Tirtoadi, kapanewon Mlati Sleman sudah mencapai 40 persen.

"Secara umum progres pembangunan jalan tol Yogya-Solo paket 2.2 sampai saat ini 30 Juli 2024 sudah mencapi 30 persen," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/07/30/200741078/pembangunan-tol-jogja-solo-terkendala-pembebasan-lahan-salah-satunya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com