Salin Artikel

Sederet Fakta Anak Bunuh Ayah di Sleman gara-gara Tak Dibelikan "Playstation"

Diduga FPN nekat membunuh ayahnya karena tak dibelikan playstation. Peristiwa ini terjadi rumah mereka pada Senin (22/7/2024).

Kejadian ini terungkap saat anak pertama S, HAR (35) bermaksud menjenguk sang ayah. Namun saat masuk ke rumah, kondisi lampumg dalam kondisi padam.

Saksi kemudian masuk ke dalam rumah dengan membuka kunci dari jendela dan menyalakan lampu di ruang tamu serta kamar tidur korban.

"Saat itu saksi melihat darah di bawah tempat tidur dan melihat (tubuh) korban (ayahnya) ada di bawah tempat tidur," kata Kapolsek Ngaglik, Kompo Mashuri.

Tiba-tiba HAR dipukul dari belakang dengan palu besar oleh terduga pelaku yakni adik HAR sekaligus anak bungsu dari S.

Sempat terjadi perkelahian antara HAR dan FPN. Sebenarnya di dalam rumah ada anak kedua S yakni D (23) yang ada di kamar sebelah.

Namun D diduga mengalami gangguan kejiwaan. Saat perkelahian terjadi, D membantu HAR untuk melumpuhkan FPN.

Kasatreskrim Polresta Sleman AKP Risky Adrian mengatakan, saat dilakukan penggeledahan di rumah korban dan pelaku, ditemukan surat rujukan dari Rumah Sakit Islam (RSI) ke Grhasia.

"Kalau gangguan jiwa kita belum bisa menyimpulkan, artinya memang ketika kita lakukan penggeledahan rumahnya kita jumpai yang bersangkutan itu pernah berobat di Rumah Sakit Islam (RSI). Habis itu kita lihat rujukannya, rujukannya ke Grhasia. Jadi ini anggota lagi koordinasi ke Grhasia, pagi ini untuk mendapatkan hasil," ujarnya saat dihubungi, Selasa (23/7/2024).

Ia menambahkan, saat memintai keterangan FPN, pihak kepolisian kesulitan untuk berkomunikasi.

"Memang tadi malam saat kita komunikasi dia agak kesulitan. Maksudnya pas diajak komunikasi itu agak sulit," ucap dia.

Minta PS dan juga kerjaan pada sang ayah

Motif pembunuhan tersebut, diduga karena sang anak merasa sakit hati pada korban karena tak dibelikan playstation oleh ayahnya.

Selain itu korban juga marah karena sang ayah tak bisa memberikan pekerjaan kepadanya.

"Tersangka yang membunuh korban ini anak kandung ketiga. Motifnya, dia minta dibelikan PlayStation, tapi nggak digubris sama bapaknya. Selanjutnya, dia meminta dicarikan kerjaan sama bapaknya, tapi bapaknya belum bisa mendapatkan pekerjaan untuk dia. Jadi kan marah. Sementara latar belakang yang bersangkutan juga selama ini (mengalami) depresi," kata Kapolresta Sleman, Kombes Pol Yuswanto Ardi, Selasa (23/7/2024).

Tersangka melakukan aksi pembunuhan terhadap ayah kandungnya dengan menggunakan palu pemecah batu yang dipukulkan berkali-kali ke kepala korban.

Tersangka saat ini sedang diperiksa intensif di Polsek Ngaglik. Sembari menghadirkan psikiater untuk melakukan observasi dan pemeriksaan terhadap kondisi kejiwaannya pelaku.

"Tapi yang jelas, yang bersangkutan agak sulit diajak berkomunikasi. Tapi sudah bisa mengutarakan motif yang mendasari perbuatannya dia," kata Kombes Pol Ardi.

Tersangka melakukan aksi pembunuhan terhadap ayah kandungnya dengan menggunakan palu pemecah batu yang dipukulkan berkali-kali ke kepala korban.

Terhadap tersangka, saat ini sedang dilakukan pemeriksaan intensif di Polsek Ngaglik.

Sembari menghadirkan psikiater untuk melakukan observasi dan pemeriksaan terhadap kondisi kejiwaannya pelaku.

"Tapi yang jelas, yang bersangkutan agak sulit diajak berkomunikasi. Tapi sudah bisa mengutarakan motif yang mendasari perbuatannya dia," kata Kombes Pol Ardi.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Dita Angga Rusiana, Gloria Setyvani Putri), TribunJogja.com

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/07/23/210000278/sederet-fakta-anak-bunuh-ayah-di-sleman-gara-gara-tak-dibelikan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com