Salin Artikel

Dalam Sepekan, 141 wisatawan Tersengat Ubur-ubur di Pantai Gunungkidul

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Ratusan wisatawan di Kawasan Pantai Gunungkidul, DI Yogyakarta, tersengat ubur-ubur dari tanggal 23 Juni hingga 1 Juli 2024.

Ubur-ubur berada di kawasan pantai yang banyak dikunjungi wisatawan.

"Jika dihitung dari 23 Juni, total sampai hari ini ada 141 pengunjung yang tersengat ubur-ubur. Hari ini laporan yang masuk ada 1 (pengunjung tersengat ubur-ubur) di kawasan pantai Sepanjang," kata Koordinator Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron, Marjono saat dihubungi melalui telepon Senin (1/7/2024)

Marjono mengatakan, ubur-ubur yang dikenal warga lokal dengan sebutan impes ini banyak disentuh anak-anak. Ini karena bentuk ubur-ubur yang mencolok, berwarna biru dan berumbai.

Dia melanjutkan, ubur-ubur ini kerap muncul di kawasan pantai wilayah II, dari Pantai Kukup hingga Pantai Seruni yang banyak pengunjungnya.

"Hanya pantai Baron yang tidak ada (ubur-ubur) karena ada sumber air dari sungai bawah tanah. Uniknya ubur-ubur itu malah banyak datang di kawasan pantai yang banyak pengunjungnya. Itu pengalaman lapangan ya, tidak tahu penyebabnya apa," kata dia.

Marjono melanjutkan, jumlah ubur-ubur yang muncul ke pantai lebih sedikit karena pada Minggu (30/6/2024) wilayah Pantai Gunungkidul diguyur hujan.

Ubur-ubur ini biasanya muncul di akhir Juni sampai pertengahan Agustus, terutama saat peralihan musim dari kemarau ke penghujan.

Marjono mengatakan, ubur-ubur menyebabkan sakit yang luar biasa jika menempel pada bagian tubuh. Jika tidak kuat dan memiliki riwayat penyakit sesak napas, biasanya korban dibawa ke Puskesmas atau RSUD untuk mendapatkan perawatan lanjutan.

Untuk pengobatan biasnya dibasuh dengan air tawar atau laut, dan dibersihkan dengan cuka yang dinetralkan.

"Dari 141 orang tersengat ubur-ubur, ada sekitar 11-an yang dibawa ke Puskesmas atau RSUD Saptosari untuk mengantisipasi hal tidak diinginkan," kata dia.

Karena banyaknya kasus pengunjung diserang ubur-ubur, Marjono meminta orangtua untuk waspada jika melihat hewan mencolok berwarna biru.

Dia meminta agar jangan membiarkan anak menyentuh ubur-ubur tersebut.

"Namun jika menyentuh ubur-ubur, carilah posko SAR terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama, atau langsung basuh dengan air bersih untuk mengurangi rasa sakit. Main di Pantai aman, pos sudah disiagakan," kata Marjono.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/07/01/175126878/dalam-sepekan-141-wisatawan-tersengat-ubur-ubur-di-pantai-gunungkidul

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com