Salin Artikel

Mengenal "Cempuro" dan "Semar", Mangga Keraton Yogyakarta yang Saat Matang Warnanya Tetap Hijau

Salah satunya, tanaman mangga yang hanya ada di lingkungan Keraton Yogyakarta. Terdapat dua jenis tanaman mangga keraton yang berbeda dengan mangga pada umumnya. 

Dua jenis mangga itu sudah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Pertanian dengan nama mangga Cempuro dan Semar.

“Pohon morfologinya tinggi kemudian cabang-cabangnya tidak seperti mangga arum manis, kalau arum manis cabangnya panjang lalu ndengklek (mengarah ke bawah) tetapi ini tetap tegak,” ujar Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sukidi, Rabu (12/6/2024).

Selain dari bentuk pohonnya, hal lain yang membedakan adalah buah mangga milik Keraton Yogyakarta ini walaupun sudah matang tetapi warnanya tetap hijau.

“Buahnya itu walaupun matang warnanya tetap hijau dan konon rasanya sangat manis karena gak ada serat-seratnya,” kata dia.

“Itu yang merasakan yang meneliti karena peneliti harus meneliti aroma, tekstur, rasa. Nama Cempuro dan Semar yang memberi nama Sri Sultan HB X,” ungkapnya.

Ia menambahkan mangga ini ditanam di dalam Keraton Yogyakarta sehingga tidak semua masyarakat umum bisa melihatnya secara langsung. Pihaknya saat melakukan penelitian juga harus mendapatkan pendampingan dari abdi dalem Keraton Yogyakarta.

“Kami Dinas Pertanian yang diminta untuk melakukan proses-proses (verifikasi) itu saja harus dipandu oleh orang Keraton. Keduanya pohonnya ada di Keraton,” kata dia.

Keluarnya sertifikat ini, kata dia, membuat mangga Cempuro dan Semar diakui seluruh Indonesia dan dunia.

Lebih lanjut, dia mengaku belum ada rencana menyebarluaskan mangga keraton ke masyarakat umum. Rencananya dua varietas mangga itu akan ditanam di tanah sultan ground (SG).

"Sultan ground sekitar 2,8 hektar yang nanti untuk menanam perbanyakan 2 varietas ini dan varietas lain ternyata di keraton banyak pohon mangga belum ada namanya,” kata dia.

Sukidi menambahkan ada satu jenis tanaman lain yang kini diajukan untuk mendapatkan sertifikasi.

“Satu yang akan kami ajukan lagi tanamanya itu sudah begitu tua sangat tua. Mungkin kalau hitung-hitungan teknis kalau tidak segera diselamatkan akan roboh dan ini jadi bagian dari usaha dinas pertanian untuk pelestarian sumber daya genetik,” jelas dia.

Ia menceritakan saat mencangkok tanaman ini Dinas Pertanian diawasi oleh pihak Keraton Yogyakarta.

“Kami itu mencangkok ya ditunggui, waktu motong, ya ditunggui sampai kami keluar keraton tidak bawa apa-apa itu baru boleh keluar,” kata dia.

Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian Leli Nuryati menambahkan tanaman varietas lokal harus segera didata dengan cara pemberian sertifikasi. Lantaran rawan diakui oleh negara-negara lain.

“Mangga banyak yang jual dari luar negara tropis, ini harus dijaga jangan sampai malah diakui oleh negara lain,” kata dia.

“Mudah-mudahan varietas mangga asli Yogyakarta juga bisa dikembangkan labih banyak agar tidak punah,” pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/06/12/134922978/mengenal-cempuro-dan-semar-mangga-keraton-yogyakarta-yang-saat-matang

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com