Salin Artikel

Pemkot Yogyakarta Larang Masyarakat Buang Kotoran Hewan Kurban di Sungai

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Yogyakarta larang masyarakat membersihkan atau membuang kotoran jeroan di sungai setelah menyembelih hewan kurban.

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sukidi mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) menjelang Idul Adha.

Salah satu isinya adalah dalam penanganan hewan kurban yang baik setelah penyembelihan hewan kurban, tidak diperbolehkan membuang jeroan atau kotoran hewan kurban di sungai.

“Kotoran tidak diperbolehkan dibuang di sungai atau di tempat lain. Pemerintah Kota Yogyakarta sudah ada ketentuannya bahwa pemotongan hewan kurban dilaksanakan di rumah pemotongan hewan kurban,” katanya, Selasa (11/6/2024).

Namun, pihaknya tidak menutup kemungkinan penyembelihan hewan kurban dilaksanakan di luar rumah pemotongan hewan.

“Idul Adha itu penyembelihan hewan kurban bisa diselenggarakan di masjid, mushola atau tempat manapun dengan catatan melaporkan ke Dinas Pertanian Kota Yogyakarta,” kata dia.

Lanjut dia, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta juga bekerjasama dengan Kemenag Kota Yogyakarta dalam menentukan titik-titik penyembelihan, yang sampai hari ini sudah ada 520 tempat penyembelihan di Kota Yogyakarta.

“Untuk di RPH kita bekerjasama dengan Baznas yang biasanya pada hari pertama sampai sekitar 300 an ekor dengan kapasitas maksimal 70 ekor perhari,” kata dia.

Sebelumnya, jelang Idul Adha kebutuhan hewan kurban di Kota Yogyakarta tak sebanding dengan stok hewan kurban di peternak di Kota Yogyakarta.

Kepala Bidang Perikanan dan Kehewanan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sri Panggarti menjelaskan kebutuhan hewan kurban di Kota Yogyakarta untuk sapi mencapai 2.500 sementara ketersediaan hewan ternak sapi di Kota Yogyakarta hanya 90 ekor.

“Tren kebutuhan hewan kurban kembali meningkat setelah masa pandemi Covid-19 yang lalu, kurang lebih kebutuhannya 2.500 ekor sedangkan ketersediaan di Kota Yogyakarta 90 ekor sapi,” ujarnya, Selasa (11/6/2024).

Untuk hewan ternak jenis kambing kebutuhan mencapai 4.700 sedangkan ketersediaan hewan ternak kambing di Kota Yogyakarta hanya 300 ekor.

“4.700 ekor kambing ketersediaan, sementara ketersediaan dari peternak di Kota Yogya terbatas, 300 ekor kambing,” ucapnya.

Panggarti menambahkan untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban di Kota Yogyakarta akan dipenuhi dari luar Kota Yogyakarta maupun dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Oleh sebab itu lanjut Panggarti pihaknya akan melakukan pemantauan ketat.

“Pengawasan dan pemantauan yang ketat utamanya untuk pencegahan penyebaran penyakit hewan menular strategis,” jelasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/06/11/195332378/pemkot-yogyakarta-larang-masyarakat-buang-kotoran-hewan-kurban-di-sungai

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com