YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) mengukuhkan Dosen Fakultas Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Prof. Gesang Nugroho sebagai Guru Besar.
Pengukuhan Guru Besar ini digelar di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (21/5/2024).
Di dalam pengukuhan Guru Besar, Prof. Gesang Nugroho menyampaikan pidatonya dengan judul "Membangun Industri Pesawat Tanpa Awak Indonesia".
Hal itu selaras dengan perjuangan Prof. Gesang yang selama 12 tahun mengembangkan pesawat tanpa awak.
Bahkan, Prof. Gesang juga telah berhasil meraih dua paten terkait pencetakan komposit dengan batuan tekanan balon yang diberi nama Bladder Compression Moulding (BCM) pada pesawat tanpa awak yang sudah dikembangkannya.
Dalam pidatonya, Prof Gesang mengatakan, perjalanan panjang dalam pengembangan teknologi UAV di Indonesia. Riset-riset yang telah dilakukan bersama rekan peneliti lainnya telah membawa inovasi dan kontribusi yang signifikan.
Penelitian UAV di laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Gadjah Mada (UGM) dimulai sejak 2011 dengan diawali pendirian Flying Object Research Center (Force).
Force menjadi wadah bagi para peneliti yang berminat mengembangkan teknologi penerbangan khususnya pesawat tanpa awak.
"Peluncuran pesawat tanpa awak Camar Biru pada tanggal 25 September 2013 di Universitas Gadjah Mada menjadi tonggak sejarah penting dalam pengembangan teknologi pesawat tanpa awak di Universitas Gadjah Mada," ujar Prof Gesang dalam pidatonya saat pengukuhan Guru Besar di Balai Senat UGM, Selasa (21/05/2024).
Meskipun masih dalam tahap perakitan pesawat tanpa awak, namun keberhasilan peluncuran Camar Biru menjadi pembakar semangat untuk mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak di lingkungan Universitas Gadjah Mada.
Dibuktikan dengan semakin banyaknya para peneliti dan para mahasiswa yang berminat untuk mengembangkan pesawat tanpa awak.
"Pengembangan pesawat tanpa awak yang kami lakukan, dimulai dengan desain dan manufaktur pesawat tanpa awak menggunakan material hard foam dan system propulsi menggunakan motor listrik. Sejak saat itu Force sudah mampu membuat pesawat tanpa awak kecil yang dapat terbang secara autonomous," tuturnya.
Industri pesawat tanpa awak
Pada 2015, dikembangkan pesawat tanpa awak tipe fixed wing yang digunakan untuk memantau dan memetakan area bencana.
Kemudian pada 2016, untuk mendapatkan pesawat yang ringan namun mempunyai kekuatan yang tinggi, dirinya bersama rekan peneliti mendalami proses manufaktur UAV menggunakan material komposit.
"Tahun 2017 membawa kita pada penelitian yang mendalam mengenai desain UAV untuk misi pemantauan," ucapnya.
Prof Gesang mengungkapkan, industri pesawat tanpa awak (UAV) di Indonesia menjanjikan progres yang luar biasa. Menggambarkan landskap yang dinamis dan penuh potensi.
"Di sektor ini, terdapat lebih dari 100 perusahaan yang sebagian besar UMKM, melibatkan diri sebagai penyedia jasa, produsen, dan distributor/reseller pesawat tanpa awak," ucapnya.
Populasi drone komersial meningkat sebanyak 30 persen dalam satu tahun terakhir, mencapai 90,000 unit dengan nilai pasar mencapai Rp 50 miliar.
Sementara itu, drone industrial berkisar antara 5.000 hingga 10.000 unit.
Hal tersebut menunjukkan nilai pasar signifikan mencapai Rp 170 miliar.
Fakta menarik lainnya adalah lebih dari 95 persen drone yang beredar di Indonesia merupakan produk asing. Jumlah pilot komersial juga meningkat 30 persen mencapai 50.000 orang pada Agustus 2021, ini menunjukkan bahwa operator pesawat tanpa awak semakin meningkat.
"Dalam konteks kebutuhan UAV di Indonesia, pengembangan drone produksi dalam negeri diharapkan dapat menjawab berbagai kebutuhan misi sipil. Mulai dari pemantauan, survei udara, hingga pemetaan, drone Indonesia diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti," ujarnya.
Penggunaan drone juga melibatkan berbagai sektor seperti pemetaan, inspeksi jalur kabel, rel, perkebunan, pertanian, pengiriman paket, dan bahkan dalam bidang bencana alam serta keamanan.
"Di sisi lain, kebutuhan drone di Indonesia di sektor militer semakin berkembang. Teknologi drone memberikan keuntungan signifikan dalam misi intelijen, pengintaian, dan bahkan misi tempur," paparnya.
https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/05/21/215107278/ugm-prof-gesang-dan-pengembangan-pesawat-tanpa-awak