Salin Artikel

Soal Tawuran Pelajar di Yogyakarta, Ketum PP Muhammadiyah: Fanatisme Sekolah yang Tinggi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara soal tawuran antarpelajar di Kota Yogyakarta belum lama ini.

Menurut Haedar, munculnya aksi tawuran di lingkungan pelajar lantaran aspek pembinaan akhlak serta karakter masih kurang di lingkungan pendidikan.

"Tampaknya ini aspek substansi dari seluruh lembaga pendidikan kita yang perlu lebih meningkatkan lagi pembinaan akhlak karakter dan hal-hal yang spiritual," ujar Haedar, Selasa (14/5/2024).

Menurutnya, pembinaan akhlak, karakter, serta spiritual diperlukan mengingat akhir-akhir ini orientasi pengembangan kognisi serta persaingan sangat tinggi, sehingga aspek yang bersifat moral spiritual kurang terbina dengan baik.

Kedua, untuk usia-usia pelajar terutama SMA atau SMK memiliki potensi gesekan yang kadang dipicu satu hal yakni fanatisme sekolah.

"Kadang dipicu dua hal, satu fanatisme sekolah yang tinggi. Yang kedua ada faktor-faktor relasi di luar sekolah yang sering ada geng ada arena-arena konflik gitu ya," kata dia.

7 pelajar diamankan

Dia menambahkan, Muhammadiyah Kota Yogyakarta perlu meningkatkan jaringan pengawasan agar setiap sekolah selalu bisa mencegah hal-hal yang kemungkinan terjadi.

"Yang ketiga lingkungan sekitar. Saya pikir lingkungan atau ekosistem sosial kita ini sekarang harus makin peduli pada anak muda," ucap Haedar.

Lanjut dia, lingkungan masyarakat sudah seharusnya peduli dengan anak-anak muda yang sedang bertumbuh penjadi pribadi yang dewasa.

"Ketika mobilitas sosial orangtua makin tinggi, mungkin juga di lembaga-lembaga pendidikan dan publik itu juga semakin mengarah pada mobilitas tinggi itu lalu mereka lupa pada perhatian pada anak muda," jelasnya. 

Diberitakan sebelumnya, jajaran Polresta Yogyakarta mengamankan setidaknya 7 pelajar buntut dari tawuran antarpelajar di Jalan Pramuka, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Dari ketujuh pelajar tersebut, 6 di antaranya dikembalikan ke orangtua, sementara seorang lainnya diserahkan ke Satres Narkoba.

Pelajar yang diproses tersebut kedapatan membawa narkoba jenis Yarindo.

Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta AKP MP Probo Satrio mengatakan, pelajar yang diproses tersebut total membawa 4 pil Yarindo, 2 pil masih dikonsumsi dan sisanya masih dibawa untuk persiapan konvoi.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/05/15/082831278/soal-tawuran-pelajar-di-yogyakarta-ketum-pp-muhammadiyah-fanatisme

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com