Salin Artikel

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Dishub: Tunggu Kajian

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dirlantas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berencana menghilangkan separator atau pembatas jalan yang berada di ringroad DIY.

Wacana ini muncul lantaran angka kecelakaan dinilai tinggi.

“Jumlah kejadian luar biasa sampai 1.249 kejadian, dari 3 tahun 4 bulan ini. Sebanyak 110 orang meninggal dan 1.490 luka ringan,” jelas Dirlantar Polda DIY Kombes Pl Alfian Nurrizal saat dihubungi, Sabtu (11/5/2024).

Dia menjelaskan dalam kecelakaan luka ringan tidak hanya lecet tetapi juga termasuk patah tulang. Sedangkan luka berat yakni lumpuh sehingga tidak bisa beraktivitas.

Menurut dia kebanyakan kejadian kecelakaan lalu lintas berada di u-turn atau putar balik.

Tak hanya itu, ada juga kecelakaan saat roda dua keluar separator ke jalur cepat. Sehingga kendaraan roda empat tidak bisa berhenti mendadak.

“Permasalahannya dari jalur lambat ke jalur cepat dan memutar, motor tiba-tiba motong. Bersamaan dengan lampu hijau mobil tidak mau ketinggalan momen sehingga ngebut,” kata dia.

Wacana penghilangan separator ini bertujuan untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas yakni dengan cara kendaraan bermotor berada di jarak aman saat putar balik.

Saat ini, rata-rata jarak separator ke putar balik sekitar 20 meter.

“Kalau tidak ada separator putar balik tidak terlalu mepet, dari jauh sudah melipir masuk. Kalau sekarang seakan masuk mendadak, lalu ada kendaraan cepat dari lajur lurus sehingga kecelakaan,” beber dia.

Namun untuk mengimplementasikan wacana ini menurut dia sulit. Sebab, separator ringroad sudah dipasang sejak tahun 1994, sehingga masyarakat sudah terbiasa dengan skema lalu lintas ini.

Dalam penerapannya pihaknya tidak mau terburu-buru, saat ini pihaknya bersama stakeholder terkait sedang melakukan kajian.

“Jadi bukan besok langsung diterapin. Kaji dulu, uji coba dulu selama satu bulan,” kata dia.

“Apakah maksimal 60 kilometer perjam atau 100 kilometer per jam kita belum tahu tapi nanti kita bahas,” ujar Alfian.

Rencananya uji coba akan dilakukan di ringroad Maguwoharjo hingga simpang empat Condongcatur, kedua simpang empat Monjali hingga simpang empat Condongcatur.

Separator yang berada di dua lokasi tersebut akan diganti dengan garis putus-putus sisi kiri digunakan untuk kendaraan roda dua sedangkan kanan untuk roda empat atau lebih..

“Tidak ada jalur cepat. Ringroad bukan jalan tol,” kata dia.

“Ini menyebabkan pemahaman yang salah, akhirnya orang bilang ini jalur cepat dan lambat,” kata dia.

Tunggu kajian

Sementara itu Plh Dishub DIY Sumariyoto mengatakan pihaknya masih menunggu hasil kajian dari Polda DIY terkait dengan dihilangkannya separator di ringroad.

“Belum (komunikasi dengan Polda) separator itukan terkait dengan PJN yang melakukan kajian juga nasional itukan jalan nasional, bukan jalan provinsi. Jadi kita tunggu saja,” ujar Oyot dihubungi melalui telepon, Senin (13/5/2024).

Oyot menambahkan pihaknya mempersilakan Polda melakukan kajian pencopotan separator jalan tetapi dia berharap ada komunikasi dengan pihak terkait.

“Kan kalau dari statemen beliau mau melakukan kajian, dari kajian itu kita pelajari bersama untung dan ruginya. Dalam kajian itu kan memuat positif negatif rekomendasinya seperti apa,” ucap dia.

“Di sini ada PJN dan PPTD (rekayasa lalu lintas) nanti biar koordinasi mereka. Kalau kami kan sifatnya hanya pemberitahuan saja,” ujar dia.

Oyot menambahkan, besok Selasa (14/5/2024), Dishub DIY bersama Dirlantas Yogyakarta diundang Polda DIY untuk membahas kajian soal wacana ini.

"Yang diundang Dihub DIY, PJN, PU," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/05/13/150316478/wacana-pembongkaran-separator-di-ring-road-yogyakarta-dishub-tunggu

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com