Salin Artikel

Usai Lukai 2 Orang dengan Celurit, Pelaku Kejahatan Jalanan di Sleman Tewas Ditabrak Motor

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Satu orang pelaku pembacokan meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan saat melarikan diri. Sedangkan satu orang pelaku lagi berhasil ditangkap Polresta Sleman.

Kasat Reskrim Polresta Sleman AKP Riski Adrian mengatakan, peristiwa penganiayaan terjadi di daerah Tirtomartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman.

"Kejadianya hari minggu 3 Maret 2024 sekitar pukul 2.45 WIB," ujar Kasat Reskrim Polresta Sleman AKP Riski Adrian dalam jumpa pers, Kamis (14/03/2024).

Riski menyampaikan, awalnya dua orang pelaku berboncengan dengan mengendarai satu sepeda motor.

Para pelaku ini kemudian berpapasan dengan korban bersama tiga temannya mengendarai dua sepeda motor.

"Bertatap-tatapan kemudian pelaku melakukan pengejaran terhadap dua kendaraan (korban) itu," ungkapnya.

Mengetahui dikejar, empat korban dengan mengendarai dua sepeda motor lantas memuturkan untuk berpisah atau berpencar.

"Pelaku mengejar satu (orang) dan berhasil melukai korban di bagian punggung dengan celurit. Mengetahui ada satu sepeda motor lagi yang kabur, pelaku kembali mengejar," bebernya.

Pelaku berhasil mengejar satu motor tersebut dan langsung membacok korban dengan menggunakan celurit. Korban mengalami luka bacokan di bagian pinggang.

Usai melukai korban, pelaku langsung memacu sepeda motornya meninggalkan lokasi. Namun saat melaju tersebut, sepeda motor yang dikendarai kedua pelaku mengalami kecelakaan.

"Menabrak bapak-bapak tua yang sedang melintas menggunakan sepeda motor," tuturnya.

Akibat kecelakaan itu, salah satu pelaku dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan satu pelaku lagi melarikan diri.

Kejadian tersebut lantas dilaporkan ke Polisi. Dari laporan masyarakat Polisi kemudian mendatangi lokasi dan melakukan penyelidikan.

"Saat kita menjumpai pelaku di rumah sakit itu sudah kondisi koma dan tidak bisa diajak komunikasi," bebernya.

Dari penyelidikan Polisi berhasil menangkap pelaku inisil GL (18) warga Kalasan, Kabupaten Sleman. Saat ini GL dilakukan penahanan di Polresta Sleman.

"Kurang lebih dua atau tiga hari, kita mendapatkan berita duka dari rumah sakit, terduga pelaku meninggal," ungkapnya.

Pelaku yang meninggal dunia di rumah sakit inisial YA (17) status pelajar warga Kalasan, Sleman. Pelaku YA ini merupakan pengemudi atau joki yang memboncengkan pelaku GL yang menjadi eksekutor melukai para korban.

"Modusnya secara acak dan menggunakan celurit. Sama seperti yang sebelum-sebelumnya, mereka (pelaku) hanya mengejar pengakuan, hanya mengejar keren-kerenan. Antara pelaku dengan korban tidak saling kenal," bebernya.

Dari kejadian ini lanjut Riski ada dua orang korban yang mengalami luka akibat senjata tajam. Sedangkan satu korban lagi mengalami luka setelah ditabrak oleh pelaku.

Polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa satu unit kendaraan sepeda motor, satu senjata tajam jenis celurit hingga jaket warga hitam.

Akibat perbuatanya pelaku GL dijerat dengan Pasal 170 KUHP dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara. Pasal 351 KUHP dengan ancaman hukuman 2 tahun 8 bulan penjara. Pasal 76 C jo Pasal 80 Ayat (1) UU RI No.35 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas UU RI No. 23 Tahun 2002 dengan ancaman hukuman 3 Tahun 6 bulan penjara.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/03/14/174819778/usai-lukai-2-orang-dengan-celurit-pelaku-kejahatan-jalanan-di-sleman

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com