Salin Artikel

Prambanan dalam Sunyi...

Hembusan angin dengan leluasa menyampu debu tanah di atas aspal tanpa terhalang mobil dan bus pariwisata yang biasanya berjajar memenuhi area parkir. 

Ruangan loket pun tak tampak ada aktivitas melayani pengunjung masuk ke kompleks candi di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah ini. 

Riuh wisatawan di kompleks Candi Prambanan berganti kesunyian.

Suara daun serta ranting yang bergesekan diterpa angin dengan gampang tertangkap indra pendengaran. 

Kupu-kupu terbang bebas, hinggap dari satu bunga ke bunga yang lainya. Seakan tak mau kalah, tupai pun dengan tenangnya menuruni pohon di iringi kicauan burung-burung. 

Candi Prambanan, mahakarya arsitektur masa lalu yang berdiri dengan megah di Hari Suci Nyepi ini benar-benar bisa "bernapas". 

Prajurit Bregodo atau pasukan keraton dengan pakaian lengkap sambil membawa tombak, berdiri tegap di kanan dan kiri gerbang utama menuju Candi Prambanan.

Sejumlah prajurit juga berpatroli dengan berjalan kaki di sekitar area Candi Prambanan. 

Dua ekor kuda yang ditunggangi anggota polisi dari Polda DIY pun turut berpatroli mengamankan area Candi Prambanan. 

Salah satu pasukan bregodo yang bertugas, Tiyan, mengatakan, mereka berasal dari Bregodo Rakyat Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Ini kali kedua Tiyan bertugas di Candi Prambanan saat Nyepi. 

"Jadi posisinya kita itu sebagai penjaga, kalau di Bali itu Pecalang. Nah, kalau penjaganya di sini bregodo," ujar Tiyan saat ditemui di kompleks Candi Prambanan, Senin.

Tahun lalu, bregodo yang berjaga mengenakan pakaian Lombok Abang. Sedangkan untuk tahun ini, mengenakan pakaian Dhaeng. 

Hanya saja, pakaian yang dikenakan tidak sama persis dengan prajurit yang ada di Keraton Ngayogyakarta, karena sudah ada penambahan. 

"Ini baju Dhaeng, tapi untuk baju tidak boleh sama dengan prajurit yang ada di (kraton) Yogya. Jadi baju Dhaeng, tapi kita kombinasikan dengan baju yang lain," ungkapnya. 

Ada enam orang dari Bregodo Rakyat Mantrijeron yang bertugas berjaga di area Candi Prambanan. Enam orang ini ada yang berjaga di sejumlah gerbang dan ada yang berpatroli. 

"Biasanya kan ramai, sekarang sepi ya enak, kan kita bisa sambil menikmati suasana alam juga," urainya. 

Tiyan merasa senang dapat ikut mengamankan area Candi Prambanan selama ditutup di Hari Raya Nyepi.

Baginya, toleransi serta semangat melestarikan kebudayaan harus terus dijunjung tinggi. 

"Ya, kalau bisa nanti dilanjutkan, karena kebudayaan disatukan itu kan justru menjadi hal yang baik," ujarnya. 

Melukis "Prambanan dalam Sunyi"

Seorang pelukis yang sudah berumur membuka koper. Ia kemudian mengeluarkan sejumlah pensil lukis cat dari koper dan meletakan di atas meja. 

Tanganya kemudian mengambil stand lukis dan menempelkan kertas di papan. Ia lantas menjepit kertas di papan stand lukis agar tidak jatuh atau bergerak. 

Tak lupa, dia mengambil kursi plastik kecil, kemudian duduk di depan stand lukis tersebut.

Di payungi pohon besar dan beralaskan "karpet" hijau rumput area taman Candi Prambanan, jari-jari pelukis tua ini menari-nari di atas kertas putih.

Suasana hening menemaninya dalam membuat karya. 

Seorang pelukis muda pun yang berada di sekitar candi seakan tak ingin kehilangan momen mengabadikan "Candi Prambanan Dalam Sunyi" di atas kanvas. 

Salah satu mahasiswa Program Pasca Sarjana Pendidikan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Saipal mengatakan, ingin mengabadikan Prambanan dengan lukisan surealis. 

Saipal mengaku baru pertama kali ini melukis di Candi Prambanan.

Baginya, suasana Candi Prambanan yang berbeda dengan hari-hari biasanya, menarik untuk diabadikan dalam karya lukis. 

"Saya akan merespons ke arah surealis. Suasana sunyi juga akan saya masukan," tuturnya. 

General Manager (GM) Prambanan dan Ratu Boko I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, ada sembilan pelukis yang akan melukis di beberapa tempat di kompleks Candi Prambanan yang sudah ditentukan 

"Di tempat yang sudah kita tentukan dengan view yang bagus-bagus. Nanti hasil karyanya bisa dilelang atau dijual," kata I Gusti Putu Ngurah Sedana.

Putu mengatakan, penutupan Taman Wisata Candi Prambanan ini merupakan program PT Taman Wisata Candi (TWC) dalam rangka Hari Raya Nyepi dan sudah yang kedua kalinya. 

Program ini diberi nama "Prambanan Dalam Sunyi". 

"Di dalam program tersebut, Kami menutup operasional destinasi taman wisata Candi Prambanan di saat Hari Raya Nyepi," tuturnya. 

Taman wisata Candi Prambanan ini ditutup selama 24 jam dan dimulai pukul 05.00 WIB sampai dengan keesokan harinya pukul 05.00 WIB. 

Putu menyampaikan, tak hanya ditutup untuk umum, selama hari suci Nyepi, aliran listrik di kompleks taman wisata Candi Prambanan juga dimatikan, termasuk lampu.

Sehingga, dengan ditutup dan dimatikanya aliran listrik di kompleks taman wisata Candi Prambanan bisa benar-benar melaksanakan empat brata penyepian, yakni Amati Karya, Amati Lelungan, Amati Geni, dan Amati Lelanguan. 

Selama penutupan, Candi Prambanan dijaga oleh sejumlah prajurit bregodo. 

"Dalam pengamanan kita menggunakan Bregodo, yaitu kebudayaan Jawa. Kita menggunakan Bregodo untuk menjaga, kalau di Bali disebut Pecalang," ucapnya. 

Polda DIY juga menerjunkan anggotanya untuk mengamangkan kawasan Candi Prambanan.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/03/11/164115078/prambanan-dalam-sunyi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com