Salin Artikel

Mengintip Perpustra, "Perpustakaan Kontainer" di FIB UGM, Mudahkan Generasi Muda Akses Buku

Hujan memang cukup deras menguyur kompleks Kampus Biru sore ini. 

Di depan selasar terdapat kontainer berwarna kuning berukuran sekitar 3x2 meter.

Kontainer ini berdiri di taman Soegondo Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Seiring hujan yang mulai sedikit reda, beberapa mahasiswa berjalan menuju ke kontainer berwarna kuning tersebut.

Para mahasiswa ini melangkah cepat agar segera bisa sampai kontainer dengan harapan bajunya tidak basah. 

Mereka memperhatikan koleksi buku-buku sastra terbitan Kompas Gramedia yang tertata rapi di rak dalam kontainer.

Interior di dalam ruangan kontainer pun didesain kekinian, gaya anak muda. Sehingga tidak terlihat kaku seperti perpustakaan pada umumnya. 

Perpustakaan Sastra, kerja sama FIB dengan Kompas Gramedia

Butiran-butiran air hujan yang menyentuh atap kontainer, serta suara katak yang bersautan menemani sejumlah mahasiswa membaca buku sastra. 

Kontainer ini merupakan Perpustakaan Sastra (Perpustra).

Hadirnya perpustakaan yang berbeda dengan perpustakaan pada umumnya ini dirintis Kompas Gramedia bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Perpustra ini diresmikan pada Sabtu (2/3/2024) pagi bersamaan dengan acara Dies Natalis Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Hadir dalam peresmian ini Dekan FIB UGM, Prof Setiadi, dan Direktur HR Kompas Gramedia Sigit Suryanto. 

Sabtu sore harinya, digelar acara talkshow yang dibawakan oleh Pemimpin Redaksi Kompas.com, Wisnu Nugroho dengan menghadirkan penyanyi sekaligus penulis lagu Jason Ranti. 

"Yang di sini ini disebutnya Perpustra atau perpustakaan sastra, di-launching per hari ini," ujar Dosen Sastra Prancis FIB UGM Arum Candra saat ditemui, Sabtu (2/3/2024). 

Arum menyampaikan, di perpustra ini mahasiswa hingga dosen dapat meminjam dan membaca buku sastra yang ada.

Selain itu, hadirnya  perpustra ini juga menjadi ruang diskusi. 

"Di situ nanti aktivasinya kami rencananya tidak hanya mahasiswa pinjam buku, membaca buku tetapi menjadi ruang diskusi, ruang kreatif," bebernya. 

Fakultas Ilmu Budaya UGM lanjut Arum, ke depan akan merencanakan berbagai lanjutan dari hadirnya perpustra, seperti forum baca puisi hingga forum diskusi sastra. 

"Nanti akan disiapkan juga ruang-ruang untuk pertunjukan juga, karena di atasnya (di atas kontainer Perpustra) bisa dipakai kan itu. (Di atas kontainer) bisa baca puisi, makanya benar-benar ruang kreatif sekaligus literasi sastra juga," bebernya. 

Diungkapkan Arum, koleksi buku di perpustra disediakan dari Kompas Gramedia.

Hanya saja, tidak menutup kemungkinan ke depanya bisa juga diisi buku-buku karya mahasiswa, dosen di FIB UGM. 

"Kita akan menciptakan sistem, nanti sistemnya akan dikelola bersama dari dosen dan juga mahasiswa. Tapi rencananya motor pengeraknya mahasiswa, karena biar mereka belajar juga sistem pengelolaan perpustakaan dan juga menjalankan acara-acara krearif, acara sastra," urainya. 

Menurut Arum, kontainer perpustra memang sengaja memilih tempat di taman depan gedung Soegondo. Sehingga nantinya, para mahasiswa dapat membaca berbagai koleksi buku lebih santai dengan suasana taman.

Suasana yang berbeda dengan membaca buku di perpustakaan pada umumnya. 

Di sisi lain, selama ini taman depan Gedung Soegondo juga menjadi ruang bagi para mahasiswa FIB UGM untuk berinteraksi dan berdiskusi. 

"Konsepnya ada bean bag, ada kursi-kursi. Jadi bisa lebih santai (saat membaca buku)," bebernya. 

Budaya literasi di anak muda

Sementara itu, GM People Discovery & Engagement Corporate HR Kompas Gramedia Andrea Lusi Anari menuturkan, inspirasi perpustakaan Sastra (perpustra) di FIB UGM ini bermula dari kegiatan Palmerah, Yuk!. 

Tahun kemarin tema besar Palmerah, Yuk! tentang literasi. Tentang bagimana, menghidupkan kembali ekosistem literasi. 

"Dari kegiatan itu kami jadi sering bertemu dengan orang-orang yang bergerak di literasi. Saling berbagi konsen, apa sih yang membuat ini kesulitan dan lain-lain, salah satunya kan akses buku. Lalu masihkah anak muda hari ini membaca buku," ucapnya. 

Dari diskusi-diskusi tersebut, kemudian muncullah gagasan kolektif supaya anak muda lebih mudah mengakses buku. Sehingga munculah ide untuk membuat perpustakaan dengan suasana baru. 

"Tapi perpustakaan image-nya kan perpustakaan, seperti itu. Bagimana menghadirkan perpustakaan dengan wajah baru, yang lebih kreatif, yang lebih inklusif, yang lebih berbasis comunity," urainya. 

Fakultas Ilmu Budaya UGM lantas dengan tangan terbuka untuk bekerjasama memwujudkan wajah baru perpustakaan tersebut. Kemudian lahirlah, perpustakaan dengan bentuk kontainer. 

"Memudahkan mengakses buku dengan menghadirkan wujud baru perpustakaan untuk generasi yang hari ini," tegasnya. 

Bagian luar kontainer perpustra pun didesain dengan hiasan karya seni agar lebih dekat dengan generasi muda saat ini. 

"Jadilah konsep bentuk perpustakaan mini dengan bentuk wujud kontainer. Kami ingin mengangkat seniman Yogya, maka kami kerja sama dengan Mas Wulang Sunu untuk membuat artwork-nya," ungkapnya. 

Perpustra ini tidak hanya untuk menikmati koleksi sastra, tetapi juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas, mahasiswa, bahkan semua pegiat literasi.

Di perpustra, mereka dapat mengelar berbagai kegiatan yang berkaitan dengan literasi, memperkuat komunitas, dan saling menginspirasi untuk meningkatkan minat dan apresiasi terhadap dunia sastra. 

"Mereka (FIB UGM) punya plan (rencana) baca puisi, bedah buku, macam-macam (kegiatan di sini) diharapkan ini bisa hidup ya. Rencananya kan teman-teman FIB satu bulan satu event, tapi melihat antusiasnya bisa lebih," tandasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/03/03/090000478/mengintip-perpustra-perpustakaan-kontainer-di-fib-ugm-mudahkan-generasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke