Salin Artikel

Cerita Petani Gunungkidul Panen di Tengah Harga Beras Melambung

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Suasana Padukuhan Karang Tengah I, Kalurahan Karang Tengah, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, berbeda dari biasanya.

Belasan warga berkumpul untuk menyaksikan panen perdana yang dilakukan oleh Bupati Gunungkidul Sunaryanta.

Sebagian duduk mengikuti acara sebagian lainya melanjutkan memanen padi. Beberapa ibu-ibu membawa bekal untuk makan siang diletakkan di gubug yang berada di tengah ladang.

Gemericik air yang terus mengalir berasal dari sumber sekitar 200 meter dari ladang membuat lahan ini masih bisa ditanami saat hujan berkurang.

"Tempat saya sudah panen kemarin, sudah selesai panennya," kata Salah seorang petani Ramlan (70) ditemui di Karang Tengah, Rabu (28/2/2024).

Pensiunan Satpol PP Gunungkidul ini tidak mengetahui secara pasti luas lahan miliknya, hanya saja dia menyebut tiga kotak. Seluruh hasil panen sudah dibawa ke rumah, lalu gabah dirontokkan menggunakan mesin.

Setelah itu baru dijemur sampai kering, sebagian kecil untuk digiling dijadikan beras. Untuk sisanya tetap disimpan sampai persediaan beras habis.

"Kalau di sini kami tidak menjual beras, hanya digunakan sendiri. Paling untuk dikirim ke anak atau sanak saudara," ucap dia.

"Saat harga beras seperti ini tidak berpengaruh," kata Ramlan.

Dari laman Dinas Perdagangan Gunungkidul, harga beras saat ini untuk beras di Pasar Argosari, Wonosari, pada tanggal (27/2/2024) termurah Rp 10.900, beras IR II Rp 16.000, dan Beras IR 1 17.500 per kilogramnya.

Ketua Kelompok Tani Makmur Sugiyo mengatakan, ladang Bulak Sangkrah dan Tlogomulyo luasnya 10 hektar yang dikelola 67 petani. Setiap tahunnya ditanami tiga kali, yakni padi dua kali, dan sayuran atau palawija sekali.

Saat ini hasil panen padi mencapai 8,704 ton, dan jika sudah kering sekitar 7,038 ton.

Berapapun hasil panen padi disimpan di rumah untuk persediaan selama setahun.

"Di sini hasil padinya tidak ada yang dijual, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, digunakan untuk sosial," kata Sugiyo.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta meminta kepada masyarakat untuk tidak alih fungsi lahan. Selain itu, lebih baik tidak dijual dan bisa diwariskan untuk anak-anaknya.

"Pertumbuhan ekonomi di Gunungkidul bisa terus naik, salah satunya disumbang dari sektor pertanian. Pertanian di sini sebagian besar untuk ketahanan pangan kaluerga, dan tidak dijual," kata dia

Dikatakannya, sekarang sudah mulai berangsur panen, hingga beberapa bulan ke depan. Pihaknya berharap panen tahun ini bisa berjalan dengan lancar.

"Inflasi terjadi salah satunya karena beras mahal, disebabkan masa tanam terlambat," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/02/28/135703578/cerita-petani-gunungkidul-panen-di-tengah-harga-beras-melambung

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com